Korp Mubaligh Muhammadiyah Jombang Tapak Tilas ke Yogyakarta; Liputan Kontributor PWMU.CO Jombang Juni Muslimin.
PWMU.CO – Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) Majelis Tabligh (MT) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jombang mengadakan studi dan tapak tilas ke kota kelahiran Muhammadiyah, Yogyakarta. Mereka mengunjungi Masjid Jogokariyan, Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah (MT PPM), Langgar Kidoel Kauman, dan Padepokan ASA Wedomartani.
Sejak KMM berdiri pada 2019, Selasa (13/9/22) siang jadi momentum terbaik mengumpulkan mubaligh muda dengan mubaligh lama dalam misi itu. Gedung PDM di jalan Dr Sutomo menjadi saksi tempat diskusi dan titik pemberangkatan 45 anggota KMM. Tepat pukul 14.10 WIB bus berangkat.
Ada yang berbeda dalam perjalanan dari Jombang ke Yogyakarta melalui tol. Selama perjalanan kurang lebih 4 jam, perwakilan peserta spontan berbagi obrolan kaya ilmu dan pengalaman bermakna. Mereka ditunjuk secara acak.
Ketua KMM Juni Muslimin yang jadi pemandu acara menunjuk Wakil Ketua PDM Bidang Tabligh Fatkhurrohman untuk memulai presentasi. Berlanjut giliran Ketua Majelis Tabligh Abdul Qadir, kemudian dua wakil KMM senior Bambang Supriyanto dan Zainur Riduan.
Presentasi dilanjutkan dari KMM muda. Empat peserta mewakilinya. Ialah Ishak Farid dari PCM Ngoro, Pupuh Almubdi Hayyu dari PCM Peterongan, Imam Syafi’i dari PCM Jogoroto dan Hasan Bashri dari PCM Mojoagung. Utusan PCM Rintisan Kabuh, Ruwan, menutup presentasi.
Setibanya di masjid Jogokariyan, mereka menyaksikan suasana hilir mudik jamaah usai shalat isya. Cahaya terang-benderang di setiap sudut masjid menambah suguhan pemandangan apik.
Tampak pula ada yang baca al-Quran, bercengkerama dalam kelompok kecil, dan panitia yang sedang mempersiapkan kajian bakda isya. Ada pula rombongan yang berfoto di depan masjid Jogokariyan.
Manajemen Memakmurkan Masjid
Pengurus takmir bagian penginapan telah mempersiapkan 11 kamar di homestay untuk menampung 45 peserta KMM. Selesai beristirahat sejenak dan makan malam, rombongan koordinasi internal di teras masjid lantai 2.
Dalam koordinasi itu mereka menyimak motivasi dari Abdul Malik, tausiah Fatkhurrohman, dan pemaparan Juni Muslimin tentang program KMM hasil studi banding. Koordinasi ditutup dengan tanya jawab.
Esoknya, Rabu (14/9/22) pukul 03.00 WIB, para peserta shalat Tahajud di ruang utama lantai 1. Ada juga yang menyendiri di lantai 2. Mendekati waktu Subuh, jamaah semakin memenuhi masjid. Ternyata bukan hanya cerita kosong, jumlah jamaah shalat Subuh sama dengan shalat Magrib dan Isyak. Seluruh area masjid penuh jamaah.
Rombongan ikut menyimak materi Manajemen Memakmurkan Masjid yang disampaikan takmir Masjid Jogokariyan Agus Abadi. Dokter hewan itu dipilih langsung warga Jogokariyan sebagai takmir masjid selama empat tahun.
Dia mengatakan, “Masjid Jogokariyan didirikan pada tahun 1966 dengan gerakan utama yaitu gerakan menshalatkan orang hidup dengan cara mendatangi sampai ke rumah, gerakan shalat shubuh berjamaah, dan makan bersama dengan cara menyampaikan undangan secara tertulis ke seluruh warga.”
“Alhamdulillah, dengan beristikamah, pada akhirnya warga dapat menerima dakwah ajakan untuk shalat berjamaah,” imbuhnya.
Perjalanan berlanjut menuju kantor PP Muhammadiyah di Jalan KH Ahmad Dahlan. Karena bus tidak dapat parkir di lokasi, maka peserta berjalan sejauh 800 meter.
Anggota MTT PPM Ghofar Ismail menyambut rombongan. Dia sekaligus menjadi narasumber kedua. Awalnya, dia menerangkan hubungan Majelis Tabligh dengan Majelis Tarjih. “Majelis Tabligh adalah Rasulnya, substansi wahyunya adalah Majelis Tarjih,” ujarnya.
Selama dua jam, dia menyampaikan lima komponen pembentuk Manhaj Tarjih. Yaitu ad-Din, ad-Dunya, al-Ibadah, Sabilullah dan al-Qiyas.
Kunjungi Peninggalan Bersejarah Kiai Dahlan
Lokasi ketiga yang peserta kunjungi ialah Masjid Gede Kauman. Mereka kembali berjalan sekitar 800 meter dan melaksanakan shalat dhuhur berjamaah di sana. Setelahnya, perjalanan berlanjut ke Langgar Kidoel Hadji Ahmad Dahlan.
Effendi Rimawan yang masih kerabat KH Ahmad Dahlan dan Ahmad Naf’an–cicit KH Ahmad Dahlan. Mereka bergantian menjelaskan sejarah perjuangan KH Ahmad Dahlan dalam mendirikan Muhammadiyah.
Kata Nafi’an, “Ahmad Dahlan berubah secara pemikiran setelah pulang dua kali dari Makkah. Kepulangannya membawa misi purifikasi dan pembaharuan ajaran Islam, terinspirasi dari Jamaluddin Al Afghani.”
Dia menguraikan, pembaruan pertama adalah pembenaran arah kiblat masjid Gedhe. Kedua, kombinasi ilmu umum dan ilmu agama dengan mendirikan ruang belajar atau sekolah. Ada Sekolah Pawiyatan untuk putri dan Sekolah Suronatan untuk putra dan putri.
Di lokasi tepat mereka berada saat itu, ada peninggalan KH Ahmad Dahlan yang berdekatan dan masih terjaga dengan baik. Yaitu ruang kelas atau sekolah pertama yang dia dirikan dan Langgar Kidoel yang dulu pernah dirusak orang yang tak bertanggung jawab. Ada pula kediamannya yang kini sudah diwariskan ke anak dan cucunya.
Melihat bangunan peninggalan sejarah dan menyimak penjelasan langsung cicit Ahmad Dahlan sukses menggugah semangat rombongan untuk melanjutkan perjuangan memajukan Muhammadiyah di daerah dan ranting. Mereka pun lanjut berjalan dari Langgar Kidoel ke lokasi parkir bus sejauh 500 meter.
Walau cuaca cukup panas tapi mereka tetap semangat mengikuti seluruh rangkaian acara. Sesuai temanya, Napak Tilas, mereka sungguh merasakan perjalanan panjang. Menurut Juni Muslimin, lelah ini tetap tidak sebanding dengan perjuangan KH Ahmad Dahlan dalam berkorban segalanya demi syiar Islam bersinar sesuai al-Quran dan as-Sunnah.
Kunjungi Padepokan ASA
Pada pukul 14.50 WIB, rombongan tiba di lokasi terakhir, Padepokan ASA Wedomartani. Pemilik padepokan Atmaji Sapto Anggoro (ASA) menyambut mereka.
Sapto–panggilan akrabnya–mantan pemilik Detik.com dan Tirto.id yang kini berkosentrasi di Padepokan ASA. Ternyata, nama padepokan itu diambil dari singkatan namanya yang juga berarti harapan. Lokasi padepokan yang asri sangat nyaman sebagai tempat belajar.
Kata Sapto, tujuan padepokan ini memperbanyak orang pintar. “Agar mengurangi tingkat ketergantungan dengan orang lain dan membuat pendidikan alternatif yang banyak orang belum melakukan,” ungkapnya.
Sesi diskusi berlangsung seru. Peserta sangat aktif bertanya. Salah satunya tentang perkembangan teknologi informasi terkait dakwah Islam dan kiat-kiat menghindari pelanggaran Undang-Undang ITE.
Dari diskusi itu, hal utama yang peserta dapat ialah mubaligh harus menguasai teknologi agar dapat memasuki medan dakwah yang luas ke semua kalangan. Selain itu, mubaligh harus terampil membaca situasi dengan strategi yang tepat agar jamaah dapat memahaminya.
Kegiatan mereka sore itu ditutup Ketua PDM Jombang Assoc Prof Dr Ir Abdul Malik MP IPU. Dia berpesan tentang tiga hal. Pertama, banyak orang pintar tidak dapat mengerjakan pekerjaan hebat. “Tetapi banyak pekerjaan hebat dapat dilakukan oleh pekerja keras!” tegasnya.
Dia juga menyatakan, pebisnis sukses harus diikuti sikap konsistensi. Selain itu, dia berpesan, “Buat prestasi dengan membuat karya yang dapat dinikmati oleh orang banyak!” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN