Perjuangan Aisyiyah Didasari Tiga Ideologi, Begini Penjelasannya, liputan kontributor PWMU.CO Gresik Riza Agustina WS
PWMU.CO – Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Kebomas Gresik Jawa Timur menyelenggarakan Musyawah Pimpinan Cabang (Muspimcab) Aisyiyah II di Gedung Aisyiyah Kecamatan Kebomas, Ahad (18/9/22).
Acara ini dihadiri Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik Idha Rahayuningsih SPsi MPsi dan Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kecamatan Kebomas Slamet Dalhar SP. Muspicab yang diikuti seluruh pimpinan harian, ketua majelis beserta anggota dan pimpinan ranting se-Kecamatan Kebomas ini dibuka Slamet Dalhar Sp.
Dalam pengajian iftitahnya, dia menyampaikan bahwasanya perjuangan di dalam Aisyiyah itu didasari tiga idiologi Muhammadiyah. Tiga ideologi ini ada di dalam Surat al-Maun, Surat al-Asry, dan Surat al-Insyiroh.
“Surat sl-Maun menjelaskan bahwa kita sebagai pejuang organisasi harus mengutamakan sosial lingkungan kita dan peka terhadap lingkungan,” katanya.
Ketika menyampaikan Surat al-Asry, dia menjelaskan bahwasanya kebanyakan kita ini sudah merugi kalau kita yang di sini sudah usia di atas 50 tahun, baru ngitung-ngitung, ternyata banyak ruginya. Mari kita bisa intropeksi diri kita masing-masing, seberapa kebermanfaatan kita untuk umat?
Makna Surat Al-Insyiroh
Slamet Dalhar lalu menjelaskan makna Surat al-Insyirah. Menuurutnya sebagai manusia yang beriman, pastilah kita ingin terus bermanfaat untuk orang lain. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain.
“Maka dari itu kita harus bisa mengatur waktu, mengerjakan sesuatu dan setelah itu mengerjakan yang lain. Mampu mengerjakan sesuatu yang banyak dan menyelesaikan satu persatu. Itu yang dimaksud dalam Surat al-Insyiroh. Bukan menjadikan masalah yang banyak itu sebagai beban, ” tegasnya.
Dia juga menjelaskan dalam suatu organisasi pastilah setiap orang itu berbeda-beda, berbeda karakter, dan lain-lain, tapi kalau sudah masuk organisasi, hendaknya meletakkan sesuatu diatas kepentingan bersama.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua PCA Hj Nurfadlilah SPd memberikan sambutan yang mengutip dari Surat at-Taubah ayat 41, Surat Ibrahim ayat 24, dan Surat al-Asry. Bu Nur, sapaan akrabnya, menjelaskan kita sebagai orang yang beriman, hendaklah ikhlas dalam berorganisasi dan berjihad di jalan Allah.
“Berjihad dengan harta dan jiwa secara sempurna. Seperti yang diterangkan dalam Surat at-Taubah 41. Surat Ibrahim ayat 24, Allah itu meneguhkan hati orang orang yang beriman yang berjihad di jalan Allah. Allah juga meneguhkan dengan ucapan mereka yang baik baik di dunia dan di akhirat. Orang beriman kelihatan bagaimana cara dia berbicara. Intinya kita harus bisa berdakwah dan di Aisyialah tempat kita berdakwah,“ terangnya.
Dalam Surat al-Ashr, dia mengatakan kita jangan pernah merugi dan yang tidak rugi adalah orang-orang yang beramal shaleh dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran. “Jadi kita Perempuan berkemajuan, yang berjihad di jalan Allah yang ada di organisasi ini harus terus bergerak dan bergerak, Dinamis artinya terus bergerak,” tambahnya.
Aisyiyah Itu Tempat Berjuang
Sementara itu Idha Rahayuningsih SPsi MPsi memberikan pengarahan dengan mengutip Surat as-Shaf ayat 4 tentang perjuangan.
“Aisyiyah itu tempat berjuang. Kalau dulu kita berjuang di medan perang, sekarang kita berjuang di wahana yang berbeda. Aisyiyah adalah gerakan Islam perempuan berkemajuan. Organisasi yang tertata rapi, berbeda dengan perkumpulan,“ ujarnya.
Bunyi Surat As-Shaf ayat 4 seperti ini, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan Allah dalam barisan yang teratur. Mereka seakan-akan seperti bangunan yang tersusun kokoh. Jadi Aisiyah ini perumpamaan bangunan kokoh yang di dalamnya tersusun rapi. Terstuktur secara vertikal mulai dari pimpinan pusat sampai ranting. Terstruktur secara horizontal antara anggota dan majelis,“ terangnya.
Idha Rahayuningsih menambahkan di dalam Aisyiyah ada formalisasi yaitu aturan yang tertulis yang menjadi pedoman untuk melakukan tindakan. Segala tindakan maupun keputusan berkaitan dengan proses organisasi. Organisasi yang mempunyai visi misi dan terstuktur.
“Jadi ini yang membedakan perkumpulan dan organisasi kita Aisyiyah, karena jika perkumpulan tidak ada ini semua, perkumpulan hanya ada kesepakatan secara lisan,” katanya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.