Jadi Pimpinan Tak Boleh Banyak Mengeluh, liputan kontributor PWMU.CO Dwi Anjarwati
PWMU.CO – Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur menggelar Training of Trainer Tarbiyatul Mar’ah Aisyiyah di Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Provinsi Jawa Timur (P4TK PKN dan IPS) Batu Malang, Jawa Timur, Sabtu-Ahad (17-18/9/22).
Kegiatan yang diikuti 94 peserta, dengan ketentuan tiga peserta berasal dari daerah masing-masing kabupaten di Jawa Timur, ini dimulai pukul 09.00 hingga 23.00 WIB.
Dalam kesempatan tersebut, pemateri Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Assc Prof Dr Diah Karmiyati menjelaskan tips mentransfer budaya organisasi secara istikamah para senior di institusi.
Menurutnya cara terbaiknya adalah dengan banyak menceritakan tentang sejarah, mulai dari masa sulit, jatuh bangunnya sebuah kampus, dan nstitusi atau amal usaha Aisyiyah Muhammadiyah, agar kader muda mempunyai gambaran tentang perjuangan masa dahulu.
“Kedua bagaimana memaknai sebuah kesejahteraan tidak dilihat dari finansial saja. Komponen kesejahteraan ada banyak sekali, ketiga kesejahteraan sesuai dengan kemampuan institusi, kampus dan amal usaha, dan keempat semua kegiatan harus ada makna yang diberikan,” ujarnya.
Tidak perlu berorientasi pada hasil, sambungnya, namun lebih ditekankan pada proses yang dijalani. Jadi pimpinan tidak boleh banyak mengeluh capek dan tidak boleh puas dengan itu-itu saja.
Jalin Komunikasi
Diah Karmiyati menjelaskan kader muda yang junior bisa mengomunikasikan dengan senior, ketika ada permasalahan. Dengan begitu pasti akan mendapatkan solusi dari permasalahan yang dihadapi.
“Kuncinya adalah menjalin komunikasi baik,” tekannya.
Dia menyampaikan junior dapat reaksi positif ataupun negatif dari senior jangan langsung mundur. Senior juga ketika dikasih saran masukan juga tidak boleh merasa bahwa saran itu tidak berarti sebab senior sudah lama berorganisasi merasa sudah banyak makan asam garam pengalaman.
Mengader generasi milenial adalah PR kita bersama. Faktor menggali kader harus melihat minat internal dan eksternal. Jangan dilakukan dengan cara konvensional. Proses yang dilakukan adalah dengan cara komunikasi yang efektif.
“Asal tidak melanggar, kreativitas anak muda bisa diarahkan dengan baik,” katanya.
Acara tersebut diakhiri dengan foto bersama dan terikan yel-yel semangat. Mar’ah Aisyiyah, untuk apa kita di sini? Menuntut ilmu. Mau jadi apa kita? Fasilitator handal. Yes yes yes Allah huakbar. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.