Empat Binatang yang Dilarang Dibunuh; Oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian ini berdasarkan hadits riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad.
عن عَبْدُ اللهِ بنُ عبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهما: “أنَّ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم نَهى عنْ قَتْلِ أَرْبَعٍ من الدَّوابِّ”النملةِ والنحلةِ والهدهدِ والصُّرَدِ. أخرجه أبو داود , وابن ماجه و أحمد
Dari Abdullah bin Abbas Radliyallahu ‘anhuma, “Bahwa Rasulullah melarang membunuh empat macam hewan yaitu semut, lebah, hud-hud, dan shurad.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)
Rasulullah melarang membunuh empat binatang yaitu semut, lebah, Hud-Hud, dan Shurad sebagaimana dalam keterangan hadits di atas. Tentu jika binatang yang dapat membahayakan bagi manusia maka boleh dibunuh, termasuk semut dan lebah. Akan tetapi jangan sampai melampui batas, yakni dengan membakar sarangnya sehingga yang menggigit seekor semut lantas dibakar semuanya.
Mukjizat Nabi Sulaiman
Allah memberikan mukjizat kepada Nabi Sulaiman sehingga dapat memahami bahasa binatang. Sungguh hal itu merupakan karunia yang sangat besar. Hingga pada suatu kesempatan beliau beserta pasukannya melewati lembah yang menjadi sarang semut, dan beliau mendengar pemimpin semut menginstruksikan kepada rakyatnya agar segera masuk ke sarangnya, karena kuatir terinjak oleh pasukan Nabi Sulaiman.
Mendengar demikian Nabi Sulaiman justru berujar dan berdoa kepada Allah agar dia termasuk hamba yang pandai bersyukur. Demikianlah seorang nabi adalah termasuk orang yang bertakwa kepada Allah, beliau menyadari bahwa semua kapasitas yang ada pada dirinya adalah anugrah Allah yang wajib di syukuri, bukan malah terjebak dalam kebanggan terhadap diri sendiri.
حَتَّىٰٓ إِذَآ أَتَوۡاْ عَلَىٰ وَادِ ٱلنَّمۡلِ قَالَتۡ نَمۡلَةٞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّمۡلُ ٱدۡخُلُواْ مَسَٰكِنَكُمۡ لَا يَحۡطِمَنَّكُمۡ سُلَيۡمَٰنُ وَجُنُودُهُۥ وَهُمۡ لَا يَشۡعُرُونَ ١٨ فَتَبَسَّمَ ضَاحِكٗا مِّن قَوۡلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوۡزِعۡنِيٓ أَنۡ أَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ ٱلَّتِيٓ أَنۡعَمۡتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَيَّ وَأَنۡ أَعۡمَلَ صَٰلِحٗا تَرۡضَىٰهُ وَأَدۡخِلۡنِي بِرَحۡمَتِكَ فِي عِبَادِكَ ٱلصَّٰلِحِينَ ١٩
“Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: ‘Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.’ Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu.
Dan dia berdoa: ‘Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih.” (an-Naml 18-19)
Semut merupakan binatang yang sering kita jumpai. Jika kita perhatikan bagaimana kehidupan sekelompok semut akan kita jumpai mereka selalu berkoloni. Subhanallah! Semut bukanlah binatang yang membahayakan bagi manusia, kecuali jenis semut tertentu yang kadang menggigit.
Akan tetapi hampir semua semut adalah binatang yang unik jika kita perhatikan, mereka adalah makhluk yang disiplin dengan jalur yang telah disepakati, dan ketika saling bertemu mereka saling tegur sapa, sekaligus semut merupakan makhluk yang suka bergotong royong. Juga semut selalu berusaha membawa bangkai-bangkai yang tidak disukai manusia untuk disimpannya.
Semut juga merupakan makhluk sebagaimana dalam ayat ini, yakni selalu bertasbih kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka itulah hikmah Rasulullah melarang untuk membunuh semut tanpa sebab.
تُسَبِّحُ لَهُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ ٱلسَّبۡعُ وَٱلۡأَرۡضُ وَمَن فِيهِنَّۚ وَإِن مِّن شَيۡءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمۡدِهِۦ وَلَٰكِن لَّا تَفۡقَهُونَ تَسۡبِيحَهُمۡۚ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورٗا ٤٤
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (al Isra’: 44)
Lebah Penghasil Madu
Di dalam al-Quran di samping ada surah yang diberi nama an-Naml atau semut, juga ada surah yang diberi nama an-Nahl yakni lebah.
وَأَوۡحَىٰ رَبُّكَ إِلَى ٱلنَّحۡلِ أَنِ ٱتَّخِذِي مِنَ ٱلۡجِبَالِ بُيُوتٗا وَمِنَ ٱلشَّجَرِ وَمِمَّا يَعۡرِشُونَ ٦٨ ثُمَّ كُلِي مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ فَٱسۡلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلٗاۚ يَخۡرُجُ مِنۢ بُطُونِهَا شَرَابٞ مُّخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهُۥ فِيهِ شِفَآءٞ لِّلنَّاسِۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَةٗ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ ٦٩
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”, kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (an-Nahl: 68-69)
Lebah juga bukan binatang yang membahayakan manusia. Bahkan sebaliknya lebah merupakan binatang yang memberikan manfaat kepada manusia, karena dari perut lebah keluar madu. Madu dikenal manis dan enak jika dikonsumsi. Bahkan sekarang ini nama buah juga dibarengi dengan nama madu misalnya alpukat madu, jeruk madu dan lain sebagainya.
Oleh karena itu Rasulullah melarang membunuh lebah. Dan bahkan di kalangan tertentu banyak yang menjadi peternak lebah, karena memang secara ekonomi dapat memberikan penghasilan bagi dirinya dan untuk keluarganya.
Burung Hud-Hud
Di antara jenis burung yang pernah diajak dialog dengan Nabi Sulaiman adalah burung Hud-Hud. Ia termasuk burung mata-mata yang siap menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Maka Rasulullah melarang membunuhnya. Beikut kisah burung Hud-Hud dalam al-Quran:
“Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: ‘Mengapa aku tidak melihat Hud-Hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang.'”
Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-Hud), lalu ia berkata: ‘Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.
Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai ‘Arsy yang besar’.
Berkata Sulaiman: ‘Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.’
Berkata ia (Balqis): ‘Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: ‘Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang’”. (an-Naml: 20-30)
Burung Shurad
Burung Shurad adalah burung yang indah warna bulunya, ia adalah jenis burung yang memakan biji-bijian, di samping itu suaranya juga indah dan sangat bersahabat dengan alam. Burung ini tidak membahayakan bagi manusia, akan tetapi justru bermanfaat bagi manusia karena keindahan warna bulunya dan juga merdu suaranya.
Dengan demikian semua binatang yang dapat membahayakan bagi manusia maka boleh dibunuh, sedangkan binatang yang bukan dalam rangka dikonsumsi dagingnya oleh manusia dan bermanfaat dari sisi tertentu bagi manusia maka dilarang untuk di bunuh.
Begitulah islam ini mengajarkan agar kita juga senantiasa menjaga kelestarian alam. Agar tidak rusak atau punah maka diperlukan upaya agar alam yang merupakan anugrah Allah ini dilestarikan sedemikan rupa, bukankah kita terciptasebagai khalifah Allah di muka bumi? Maka sudah seharusnya alam pun kita perhatian dengan sebaik-baiknya. Dan memang Rasulullah diutus adalah untuk rahmat bagi alam. Wallahu ‘alam bishshawab. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Empat Binatang yang Dilarang Dibunuh adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 2 Tahun XXVII, 23 September 2022/26 Shafar 1444