Gaya Bonek Awalnya, Dapat Kejutan Akhirnya oleh Drh Zainul Muslimin, Ketua Lazismu Jawa Timur.
PWMU.CO– Dulu waktu diberi amanah mengurus Lazismu Jawa Timur, saya sama sekali tak terbayang bagaimana mengurusnya. Bahkan kepada siapa saya harus mencari partner untuk menjadi Badan Pengurus pun rasanya juga buta peta.
Saat itu yang sudah saya kenal dekat adalah Ustadz Imam Hambali dan Pak Agus Edi Sumanto. Termasuk Mas Imam Fauzi dan Pak Masrukh yang sebelumnya juga sudah dekat.
Saya tahu dua yang pertama betul-betul aktivis dunia perzakatan. Sedang dua orang berikutnya itu sudah dekat karena sama-sama di PDM Sidoarjo. Maka keempatnya langsung saya minta untuk membantu mengurus Lazismu.
Alhamdulillah gayung bersambut, sedang personal yang lain mendapat referensi dari para pimpinan di Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Waktu itu saran teman-teman, anggota BP sedikit aja, eksekutifnya yang banyak. Ternyata usulan ke PWM dengan anggota BP sangat sedikit itu ditolak. Pimpinan PWM menyarankan sampai 35 orang juga nggak apa-apa lha wong nggak usah nggaji saja kok. Akhirnya kita dapat sepuluh orang yang siap berjuang di BP Lazismu Jawa Timur.
Langkah awal yang kita lakukan adalah sebagian BP yang punya waktu sekaligus menjadi eksekutif sehingga urusan gaji untuk eksekutif kita anggap selesai. Lha wong hampir semua direktur tidak terlalu butuh gajian. Malah kita mintai dana untuk biaya operasional Lazismu.
Berikutnya sosialisasi nama Lazismu ke lingkungan Persyarikatan. Mulai wilayah hingga ranting. Hampir semua baju putih yang saya miliki, saya bordir logo Lazismu sebagai branding. Di manapun ada acara Persyarikan atau setiap ngantor di PWM saya pakai baju putih itu.
Ya itu saja langkah awal yang bisa saya lakukan. Lha wong kompetensi yang saya miliki yaitu dunia peternakan tidak linier dengan bidang garapan yang harus saya tunaikan soal filantropi ini.
Tentu yang sangat penting dari itu semua adalah kepercayaan sangat tinggi dari pimpinan PWM terhadap Lazismu. Rasanya apa yang kami usulkan serta apa yang kami minta selalu mendapat support luar biasa.
Caper
Hari ini setelah sekian tahun yang lalu, mengenang masa lalu rasanya ingin menertawakan diri sendiri.
Kita tidak tahu pola kerja yang baik dan benar di dunia filantropi. Bahkan apa yang kita lakukan ini efektif apa tidak. Sesuai dengan teori di urusan filantropi apa tidak. Boleh jadi upaya yang dengan susah payah kita lakukan itu mungkin saja tidak efektif sekaligus tidak efisien. Boleh disebut gaya Bonek. Bondho nekat.
Rasanya kalau memikirkan semua itu, mungkin kita tidak akan bergerak. Maka kita ubah tujuan serta cara yang kita lakukan. Bahwa kalau kita bercapai-capai begini, kita melakukan ini tujuannya cuma satu: Caper ke Allah. Cari perhatian ke Allah. Itu saja.
Pokoknya amanah ini harus diurus dengan cara mengurus yang terbaik, fokus, serius dan terus menerus. Embuh, nggak tahu nanti bagaimana hasilnya.
Sekadar meng-copy-paste pendahulu caper ke Allah, yaitu meng-copy-paste seperti apa yang dilakukan Ibunda Hajar. Dia sai Shafa-Marwa untuk mencari air minum bagi putra tercintanya. Padahal secara teori dan logika semestinya juga tak efektif.
Cuma mungkin niatnya, cuma ingin dilihat Allah saja. Bahwa saya optimistis. Saya tidak putus asa. Saya sungguh-sungguh butuh. Maka Allah yang punya sifat asy-Syakur pasti memperhatikan. Yang Maha Mengapresiasi usaha hambaNya tidak akan menyia-nyiakan hambaNya.
Dengan logika langit begitu akhirnya kita seperti gaya Bonek tapi tetap filosofis. Lakoni dhisik, ngelu kari. Lakukan dulu, pusing belakangan. Dengan gaya tabrak sana tabrak sini, coba sana coba sini, akhirnya pusing betulan. Tapi toh make sense dengan hasilnya. Terbayar lunas dengan pengalaman berharga yang membuat area expertise kita bertambah.
Kami yang tak tahu apa-apa ketika berangkat mengemban amanah itu sangat meyakini bahwa kita mengurus Lazismu tabu meminta jatah dana operasional ke PWM karena itu justru menjadi tugas pokok paling penting di Lazismu. Yaitu cari duit, cari dana ZIS, sehingga sama sekali kita tak pernah minta, kecuali memang sudah otomatis dikasih oleh PWM ketika rapat-rapat.
Kita selalu disiapkan konsumsi. Bahkan boleh memilih mau makan apa sesuai maksimal anggaran. Itu sudah sangat membahagiakan.
Mudah-mudahan dengan frame kerendahan hati: bahwa kami semua tidak tahu apa-apa, tapi saya mau belajar. Dengan begitu perjalanan kehidupan kita akan menjadi pengayaan pengetahuan dan pengalaman buat kita.
Tentu yang sangat berjasa di lingkungan kami adalah orang-orang BP Lazismu Jawa Timur. Mereka semua adalah direktur di perusahaannya. Atau sebagai profesional di perusahaan ternama. Dengan kompetensi yang luar biasa itu, saya sesungguhnya hanya sebagai pendengar. Kemudian tinggal mengatakan OK, bismillah budhal. Tinggal mengeksekusi.
Bankziska
Banyak hal bahwa semuanya seperti sebuah rangkaian keberuntungan saja. Atas karuniaNya.Termasuk momentum Gedung Kemanusiaan Lazismu Jawa Timur yang baru diresmikan itu mendapat kunjungan hampir seluruh pimpinan PWM se Indonesia.
Para pimpinan PWM se Indonesia itu lalu diminta oleh Sekretaris PWM Jatim Tamhid Masyhudi untuk syuting video satu per satu mengucapkan Selamat Ulang Tahun Bankziska yang kedua. Semoga sukses dan berkah.
Program Bankziska dicetuskan dan didirekturi oleh orang yang memang ahlinya, orang yang sangat berkompeten di bidang tersebut. Kami tertantang untuk membuktikan bahwa program ini akan lebih dahsyat dibandingkan program Denmas Muhammad Yunus dari Bangladesh yang kesohor dengan Grameen Bank-nya.
Tentu jika diurus dengan serius, fokus dan terus menerus. Alhamdulillah tanpa diminta beberapa pimpinan PWM se-Indonesia yang secara terbuka maupun dengan komunikasi langsung berdua dengan kami meminta kita untuk menduplikasi program Bankziska ke tempatnya.
Entah rangkaian karunia nikmat apa lagi yang masih terus akan kami terima dan dapatkan. Kami cuma melakukan caper kepadaNya. Semoga yang awalnya dengan gaya Bonek pada akhirnya bisa mengantarkan kami semua menjadi orang-orang yang bersyukur.
Tetap semangat berbagi manfaat.
Bismillah
Editor Sugeng Purwanto