9 Kriteria Aisyiyah Bisa Mengusung Peradaban Utama, liputan kontributor PWMU.CO Banyuwangi Suharni
PWMU.CO – Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Banyuwangi Jawa Timur mengadakan pertemuan antarcabang Aisyiyah se-Kabupaten Banyuwangi dalam rangka ikut menyemarakkan Muktamar Aisyiyah ke-48 bertema Perempuan Mengusung Peradaban Utama bertempat di SMP Muhammadiyah 4 Sumberasri Purwoharjo, Ahad (25/9/21).
Pada pertemuan antarcabang Aisyiyah kali ini, PDA Banyuwangi Hj Robithoh Azizah Dip Kmd SPd mengundang unsur pimpinan harian cabang yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, Majelis Ekonomi, dan Majelis Dikdasmen.
Dalam sambutannya, Robithoh Azizah menyampaikan ada 9 poin yang harus dilakukan warga Aisyiyah untuk mengusung peradaban utama yaitu, pertama perempuan Aisyiyah harus berbuat kebaikan untuk menuju perempuan yang berkemajuan.
“Dalam konteks ini, Islam yang membangun peradaban maju atau perempuan yang beradab,” ujarnya.
Kedua, lanjutnya, bercita-cita memajukan umat yang terbaik sesuai dengan al-Quran surat Ali Imran ayat 110 Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.
Selain itu sambungnya, dalam Surat an-Nahl ayat 97. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Peradapan Berkemajuan
Robithoh Azizah menjelaskan poin ketiga adalah pPerempuan Aisyiyah bermisi dakwah untuk menuju tajdid atau pembaru menuju perdaban yang berkemajuan, menghadirkan Islam sebagai ajaran yang mengembangkan sikap tengahan (wasathiyah), membangun perdamaian, menghargai kemajemukan, menghormati harkat dan martabat, mencerdaskan kehidupan berbangsa, dan mengutamakan terwujudnya akhlak mulia.
“Poin keempat, menjunjung tinggi martabat perempuan dalam ber-fastabiqul khairat. Melakukan kebaikan sebanyak dan sebisa mungkin. Bersegera beramal shaleh dengan ikhlas, bersaing secara sehat dalam melakukan hal-hal yang positif, dan selalu yakin bahwa Allah SWT akan memberi pahala pada setiap perbuatan baik yang telah kita lakukan.”
Kelima, menghadirkan amal usaha yang berkemajuan, seperti TK Aisyiyah Bustanul Athfal, musholla Aisyiyah, sebagaimana yang sudah terealisasi di Genteng, Pakisduren, Jatirejo dan di PCA-PCA lainny. Keenam, membangun keluarga yang sakinah. Dengan penuh optimisme bahwa Aisyiyah menjadikan dakwahnya untuk melakukan perubahan sosial (social change) di masyarakat agar dapat mewujudkan tujuan daripada pernikahan itu sendiri yaitu menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah. Adanya program dakwah Aisyiyah telah membuktikan bahwa mereka peduli dengan kehidupan rumah tangga dan kehidupan generasi muda yang akan datang.
Ketuju, mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM), berakhlak mulia, yang menyiapkan dirinya dengan spirit keagamaan, keikhlasan, dan saling menebar kebaikan sebagai wujud dari spirit al-Maun. Kedelapan, memberdayakan peran umat untuk kemajuan peradaban yang disesuaikan dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan al-Quran dan Sunnah. Kesembilan, pandai menggunakan media sosial sebagai alat dakwah kekinian yang mencerahkan.
Jadi, tegasnya, perempuan Aisyiyah bisa dikatakan mampu mengusung peradaban utama jika mereka mampu berkiprah dalam segala lini kehidupan.
“Pentingnya perempuan ikut andil di kancah politik, membangkitkan potensi diri, perempuan yang pandai bergaul, networking, tidak cepat puas dengan apa yang sudah dicapai, dan responsif dengan kondisi yang ada serta sedang berkembang,” tandasnya. (*)
Co-editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.