FGM Gorontalo ke SD Mudipat Surabaya, Dapat Pengalaman Ini; Liputan Mulyanto, kontributor PWMU.CO Surabaya.
PWMU.CO – SD Muhammadiyah 4 (SD Mudipat) Pucang, Surabaya, Jawa Timur, kedatangan tamu dari Provinsi Gorontalo, Sabtu (24/9/2022). Yakni Forum Guru Muhammadiyah (FGM) Gorontalo. Rombongan berjumlah 8 orang dikomandani Sekretaris FGM Gorontalo Syafriyanto.
Rombongan itu sampai di Mudipat saat Dzuhur dan langsung disambut oleh Kepala SD Mudipat Edy Susanto beserta jajaran, di Meeting Room The Millennium Building (TMB) SD Mudipat.
Syafriyanto menyampaikan maksud dan tujuan berkunjung ke Mudipat. Dia juga mengisahkan kondisi sekolah di Gorontalo, khususnya di sekolah Muhammadiyah. “Sangat berbeda jauh dengan pendidikan di Surabaya atau di SD Muhammadiyah 4 Surabaya,” katanya.
Di Gorontalo, sekolah di luar Muhammadiyah khususnya sekolah negeri itu menjadi favorit karena fasilitas dan dukungan pembiayaan dari pemerintah itu luar biasa. Sehingga sekolahnya bagus dan gratis. Sedangkan di sekolah Muhammadiyah Gorontalo fasilitasnya terbatas, program kegiatan yang kurang menarik. Sehingga agak kesulitan mencari siswa di sana dan untuk membayar pun masyarakat itu merasa keberatan.
“Karena membandingkan dengan sekolah negeri yang sudah bagus juga gratis,” terang Syafriyanto yang juga Kepala SMA Muhamamdiyah Kota Gorontalo itu.
Trik Sekolah Diminati Masyarakat
Atas cerita itu Edy Susanto memberikan trik agar sekolah itu diminati oleh masyarakat. Dia memberi gambaran SD Muhammadiyah 4 Surabaya juga pernah berawal dari kecil dan kurang diminati, bahkan kalah vaforit dari negeri.
“Namun secara konsisten alhamdulillah dari waktu ke waktu SD Muhammadiyah 4 Surabaya diminati masyarakat. Sehingga penerimaan siswa baru banyak dan kami menjadi idola masyarakat. Karena kami memberi pelayanan prima,” terangnya.
Bentuk pelayanan prima itu adalah manajemen bagus, kualitas yang disuguhkan sekolah sangat menarik, kreatif, inovatif, dan berusaha keras menjadikan wali murid merasa puas terhadap output dari sekolah.
“Kita alhamdulillah, sangat bagus di atas rata-rata menyiapkan anak-anak untuk bisa masuk di sekolah manapun setelah anak lulus. Selain itu juga sekolah punya diferensiasi sekolah. Harus ada pembeda antara sekolah Muhammadiyah 4 dengan sekolah yang lain,” ujar Edy.
Membesarkan Sekolah
Edy menegaskan dalam mengelola sekolah busa dilakukan hal-hal yang kecil dulu, tidak usah harus berbiaya mahal. Contohnya, kebersihan di lingkungan sekolah diperhatikan. Ada bunga tumbuhan di halaman sekoalh dirawat dengan baik. Kaca-kaca jendela ruang kelas dibersihkan, libatkan siswa jangan ditangani sekolah sendiri dan ini sebagai bentuk pendidikan untuk semua.
“Anak-anak murid kita perhatikan betul wudhu, shalatnya, ibadah, ngajinya, ini harus dikawal dengan baik di sekolah maupun di rumah. Itu nanti akan memberi dampak yang luar biasa kepada perubahan perilaku anak-anak,” lanjut pria asli Nganjuk itu.
Sekolah harus merapatkan barisan untuk kepedulian itu. Insyaallah nanti pasti sekolah Muhammadiyah akan diminati. Masyarakat berbondong-bondong menyekolahkan putra-putrinya di sekolah Muhammadiyah.
“Jadi sebenarnya bukan karena fasilitas, tapi karena program kita yang akan memberi dampak positif yang dirasakan oleh orang tua terhadap anak-anaknya, itu terasa sekali. Anaknya rajin shalat, rajin belajar, hormat kepada orang tua dan guru, anaknya tidak cengeng, anaknya mau bekerja keras, tangguh, disiplin, tertib, dan jujur. Itu modal sekolah maju,” tegas ayah dua anak itu.
Hal-hal di atas itu adalah pekerjaan sekolah yang tidak butuh modal besar dan tidak perlu biaya mahal, tetapi dampaknya sangat dirasakan. Dari hal itu nanti Insyaallah masyarakat akan berminat menyekolahkan ke sekolah Muhammadiyah.
“Selain kita ikut kurikulum Kemendikbudristek kita juga harus jalankan kurikulum Al-Islam Kemuhammadiyahan, Insyaallah ini cukup menjadi bekal kita, modal kita untuk mengembangkan sekolah Muhammadiyah,” kata peraih Juara I Lomba Kepala Sekolah Berprestasi Nasional itu. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni