Seru! Strategi Siswa Kelas II Berjualan di Entrepreneur Day; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Kantin sekolah tutup. Rak kaca bersusun kosong terletak di ujung meja kantin. Tiga ibu penjual biasanya juga tak tampak, tapi justru suasana kantin dan selasar di sekitarnya sangat ramai. Banyak pedagang cilik menjajakan jajan atau minuman jualannya dari balik stan meja.
“Dek, ayo beli! Sini dek, beli donatnya! Mas, beli donat, Mas! Mbak, cuma lima ribuan Mbak!”
Begitulah Raka Bastian–satu dari 164 siswa kelas II yang dapat giliran berjualan–giat menarik minat pembeli yang berlalu-lalang melewati stannya, Jumat (23/9/22). Suara lantangnya beberapa kali tenggelam di antara suara lantang teman di kanan-kirinya.
Pagi itu, SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik, Jawa Timur, kembali menggelar Enterpreneur Day. Ajang ini rutin diadakan dua kali dalam sebulan, tepatnya pada Jumat pekan kedua dan ketiga. Setiap jenjang kelas pasti mendapat giliran belajar menjual.
Pada giliran siswa kelas II ini, mereka terbagi jualan dalam dua gelombang. Siswa absen 1-15 berjualan sejak pukul 8.30 WIB. Target pembeli mereka dari siswa kelas I-III yang sedang beristirahat pada jam itu.
Selanjutnya, untuk siswa absen 16-33 berjualan mulai pukul 9.00 WIB. Pembeli mereka ialah siswa kelas IV-VI yang terjadwal istirahat waktu itu. Durasi 30 menit siswa manfaatkan untuk mengasah keterampilannya menjual 10 bungkus jajan atau minuman dengan harga sekitar Rp 2 ribu sampai Rp 5 ribu.
Antusias dan Kerja Sama Berjualan
Natania Kalisa Nuryanto dari kelas II Adenium menjual bucket snack. Dia rela bangun lebih pagi untuk mengemas empat snack dalam plastik yang dia hias pakai pita ungu. Natania membungkusnya sendiri hingga jam 5.30 WIB, tepat sebelum dia berangkat sekolah.
Tak hanya itu, dia juga menjual sepotong pizza dan donat. Di depan mejanya, dia tulis ‘Serba 5 Ribu’. Sambil menunggu dua bucket dan dua donatnya habis, Natania menghitung uang hasil jualannya.
Usai 15 menit waktu berjalan, di meja Raka Bastian, siswa dari kelas yang sama, masih ada lima donat bomboloni. Bastian, sapaannya, masih tampak semangat, meski dagangan Raja Verdi, teman di sampingnya sudah habis. Raja menjual Susu Indomilk sachet seharga Rp 2 ribu.
Melihat donat Bastian masih banyak, Raja inisiatif membantunya. Dia pindah ke sisi Bastian dan angkat dua di antaranya. Dia sodorkan dua donat itu sambil menawarkan, “Mas ayo, Mbak beli, beli Rp 5 ribu Mbak!” ujarnya.
Akhirnya, tak lama setelah itu, donat Bastian habis dengan total penjualan Rp 65 ribu. Wajahnya sumringah. “Aku mau beli tangsi pulang sekolah nanti,” ungkapnya.
Guru pendamping kelas II Adenium Siti Maghfirotun Nikmah SPd pun terkejut sekaligus bersyukur mengetahui mayoritas dagangan para siswa di kelasnya habis terjual. “Padahal ini baru pertama kali anak-anak kelas II dapat jadwal Enterpreneur Day, ternyata pada habis,” ungkapnya.
Tantangan dan Strategi
Lain cerita dari kelas II Bougenvil. Saat itu waktu berjualan tersisa 10 menit. Snack Pocky Banana yang Ranu jual masih tersisa empat kotak. Siswa itu sudah tampak sangat lelah menjajakannya.
“Ustadzah, capek. Ustadzah ambil saja gak apa, ini gratis buat Ustadzah,” ujar Ranu–sapaannya–sambil menyodorkan dua kotak ke sang wali kelas Suci Damayanti SPd.
Suci langsung menyemangati siswanya yang sudah lesu itu. Di belakang Ranu, dia membantu menjajakan kotak Pocky. Ranu dan siswa lain di sampingnya pun ikut terpacu semangat lagi. “Ayo beli! Beli Pocky, Mas!” ujar Ranu.
“Ustadzah, ayo beli Pocky ini, jualannya Mas Ranu,” imbuh Suci kepada guru yang kebetulan mendekati mereka.
Sementara Muhammad Hasbi Firmansyah berinisitif keliling dan berpindah tempat, menawarkan dagangannya. Saat itu, lima Jelly Gum yang dia bawa sudah laku. Tersisa lima Chocolatos yang masih utuh.
“Ustadzah, beli ini! Seribuan aja. Kalau beli satu, seribu. Kalau beli semuanya, lima ribu!” ujarnya sambil menampakkan wajah memelas.
“Ini belum ada yang beli, Ustadzah,” lanjut Hasbi, sapaannya, sedih. Dia lanjut bercerita, “Tadi aku bawa Jelly Gum sudah habis. Tinggal ini tidak ada yang mau beli.”
Barang dagangan mereka memang beragam. Mulai dari jajanan puding, susu, bubur mutiara, tahu balado krispi, pisang nugget, sosis bakar; hingga makanan berat seperti nasi bakar, bihun, dan salad buah.
Ajaran Pembiasaan Siswa
Melalui Entrepreneur Day ini, kata sang kepala sekolah Mohammad Nor Qomari SSi, SD Mugeb berupaya menumbuhkan optimisme dan pantang menyerah pada diri siswa. Karena dalam proses jual beli tadi, pasti anak-anak mendapat tantangan. “Bagaimana upaya anak terus berusaha sekuat tenaga agar jualannya laku,” ungkapnya.
Selain itu, menurutnya, ini bagian dari program pembiasaan agar siswa gigih mewujudkan mimpi-mimpinya. “Sejak kecil anak berani punya mimpi jadi pengusaha, seorang owner restoran, atau mimpi lainnya,” imbuhnya.
Sekretaris Foskam SD/MI Jawa Timur itu menegaskan, yang terpenting, setelah proses jual beli itu para guru mengajak siswa mengevaluasi dan mencari solusi. “Mengapa jualan temannya lebih laku daripada punya dia dan sebaliknya. Kita ajari mereka menjadi pribadi solutif terhadap setiap tantangan!” ujarnya.
Melalui program pembiasaan ini pula, sambungnya, siswa akan belajar satu keberhasilan dalam suatu jual-beli tidak menjamin keberhasilan yang berikutnya. “Jadi tadi para guru mengingatkan siswa tidak berpuas diri. Dengan begini, generasi SD Mugeb akan selalu belajar meningkatkan kualitas dan memperbaiki produk jualannya,” sambung bapak tiga anak itu.
Terakhir, kata Ari, inilah upaya sekolah penggerak tahap I itu melatih siswa punya adab jual beli yang sesuai ajaran Islam. “Ada keikhlasan, jualannya bersih dan rapi, bagaimana berbicara dengan sopan kepada teman sebaya, kakak atau adik kelas, bahkan ustad dan ustadzah calon pembeli!” urainya. (*)