Roh Pendidikan Muhammadiyah di Ismuba; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Kehadiran Direktur Pendidikan Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) Azis Badiansyah MPd di SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik, Jawa Timur, terbilang langka, Kamis (29/9/22).
Hadirnya Azis–sapaan akrab asesor Muhammadiyah Future School (MFS, Sekolah/Madrasah unggul) 2022–untuk visitasi mata lomba ME Awards 2022 itu langsung disambut antusias kepala SD Mugeb Mochammad Nor Qomari SSi dan jajarannya. Dia semangat menimba ilmu dan pengalaman dari sosok Azis.
Meski hari beranjak sore, obrolan di Meeting Room itu masih berlangsung gayeng. Di sela obrolan, Ari–sapaan akrab sang kepala sekolah–menanyakan relevansi pendidikan Muhammadiyah dengan Profil Pelajar Pancasila.
Azis yang juga menjabat Direktur Operasional Kamp Pelatihan Agro Mulia Pasuruan itu menerangkan, “Sejatinya roh pendidikan Muhammadiyah itu di Ismuba (Al-Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab). Tidak di yang lain.”
Dia menilai, kini ada proses transformasi yang tidak tepat hingga akhirnya Ismuba menjadi nomor sekian dalam sistem pendidikan Muhammadiyah. “Ini yang harus ada upaya mengembalikan roh! Yang lain harusnya didasari dengan Ismuba,” tambahnya.
Tapi dia bersyukur, sekarang kampus-kampus sudah mulai berbenah. Dengan memandang pentingnya posisi Ismuba di roh pendidikan Muhammadiyah, Azis berharap sekolah-sekolah menempatkan sumber daya manusia terbaiknya dalam hal ini. Yakni para guru yang pergerakannya lincah dan kaya inovasi.
“Terus di mana letak syiarnya?” tanya dia retorik. Dia menegaskan, “Syiar kita ada di situ. Masa depan Persyarikatan ada di situ. Roh pendidikan Muhammadiyah ada di Ismubaqu!”
Dalam periodenya bergiat di Majelis Pendidikan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah selama tiga tahun terkahir, Azis memaparkan ada inovasi pembelajaran Ismuba. Pada 2022 juga ada Ismuba conference. Tak hanya itu, timnya juga memperhatikan kurikulum Ismuba.
Dia juga menekankan, “Warna pendidikan di Muhammadiyah itu modern, up to date! Itu sebagai perjuangan kita.”
Yang jelas, lanjutnya, kalau di tingkat wilayah sangat memperhatikan bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi di sekolah Muhammadiyah. “Kalau mau internasionalisasi bukan hanya sebatas narasi saja, tapi dalam konteks berkemajuan cara berpikirnya,” tambahnya.
Dia mengatakan ini karena berkaca dari pengalamannya, pihak luar masih banyak yang menganggap sekolah kita terbelakang. “Terbelakang versi Barat,” ujarnya.
Dalam salah satu kunjungannya di luar negeri, waktu itu dia ditraktir makan malam oleh koleganya. Mereka kaget waktu Azis–sosok baik dan punya pola pikir berkemajuan–menyampaikan dirinya Muslim. Di pandangan mereka, hanya beredar stereotip, Muslim sebatas teroris yang biasa mengebom. “Ini tantangan!” imbuhnya. (*)