PWMU.CO – Dengan T-shirt abu-abu yang dipadu dengan warna biru muda pada lengan–dan jilbab bagi yang perempuan—25 anak istimewa itu naik ke panggung. Masing-masing memegang alat musik angklung.
Dipandu Sulung Widyanto, mereka menyanyikan lagu ‘Gundul-Gundul Pacul’. Papan not balok besar yang terpampang di depan ikut membantu mereka. Hebatnya, dalam menainkan musik tradisonal khas Jawa Barat itu tubuh mereka tak bisa hanya diam. Seluruh anggota tubuhnya ikut bergoyang, seakan menikmati alunan musiknya sendiri.
*Berita terkait: Diiringi Musik Gamelan, Mars Muhammadiyah Sang Surya Hadirkan Nuansa Jawa di Kampus UMG)
Meski dibawakan dengan atraktif, tapi lagu daerah yang berasal dari Jawa tengah itu tidak rusak nadanya. Malah, lagu daerah itu jadi spesial. Seperti spesialnya senyum mereka saat membawakan lagu itu.
Peserta Seminar Pendidikan Nasional yang diadakan FKIP Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) di Hall Sang Pencerah, Sabtu (4/2) pagi sangat antusias menikmati. Mereka memberi aplaus. Beberapa sibuk mengambil gambar.
Sejak 2 bulan lalu Sulung Widyanto menyiapkan anak-anak berkebutuhan khusus itu. Mereka berasal SD, SMP, dan SMA Luar Biasa di seluruh Gresik. “Kami latihan di Sangar UMG. Satu minggu kami latihan 2 kali,” kata Sulung yang menjadi Pembina PABK (Pemerhati Anak Berkebutuhan Khusus).
(Baca: Hasan yang Bikin Bangga Nasyiah, Satu-satunya Donatur Pria pada Organisasi Perempuan Muda Itu)
Melatih anak-anak inklusi bermain angklung tidak lah mudah. Tapi Sulung justru bangga. “Dibilang susah juga tidak karena ngajar-nya dengan hati. Kami mengutamakan anak-anak senang dulu, baru diberi materi latihan,” tutur dosen Seni Musik PGSD UMG yang tinggal di GSP Blok H 3 No 7, Gresik.
Dalam latihan itu mereka tidak dipungut biaya. “Operasional doambil dari donatur. Tapi ada juga orang tua siswa yang memberi infaq seikhlasnya,” kata Sulung yang juga mengajar di SMP Negeri Kebomas Hresik ini.
Selamat berkarya, Nak! Kami bangga. (Ria Eka Lestari)