PWMU.CO– Kisah masjid dhirar diceritakan Ustadz Mahsun Djayadi dalam Ngaji Reboan di Masjid Nurul Iman Banyuurip Lor VI/1 Surabaya, Rabu (5/10/2022).bakda Isya.
Di awal ceramahnya, Mahsun Djayadi menjelaskan tentang restorasi masjid. Yaitu mengelola masjid secara fungsional menjadi tempat ibadah yang makmur dengan jamaahnya.
Untuk memakmurkanmasjidsecara optimal, Mahsunmenerangkan, langkah pertama meluruskan niat.
”Setiap personal takmir masjid hendaknya meniatkan diri mengurus dan memanajemen masjid karena Allah swt,” ujar dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya ini.
Kemudian dia menyinggung kisah masjid dhirar yang pernah dibangun orang-orang munafik Madinah. Dalam al-Quran surat at-Taubah ayat 107 diceritakan
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِمَنْ حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِنْ قَبْلُ ۚ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا الْحُسْنَىٰ ۖ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ ﴿ ١٠٧﴾
(Di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan”. Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta.
”Terkait dengan ayat di atas Ibnu Katsir menerangkan, kaum Anshar yang munafik dan orang-orang yang penuh keraguan mendirikan masjid atas komando seorang bernama Abu ‘Amir, pendeta Nasrani,” ujar Direktur Ma’had Umar bin Khattab ini.
Ketika mereka telah selesai membangun masjid, sambung Mahsun, kemudian mereka mendatangi dan meminta Rasulullah saw supaya mengerjakan shalat di situ. Harapannya dengan Rasulullah saw shalat di situ mereka dapat meneguhkan dan memperkokoh masjidnya.
Singkat cerita, jibril turun dan memberitahukan tentang masjid dhirar itu dan melarang Rasulullah shalat di masjid tersebut.
”Sebab masjid tersebut dibangun oleh orang-orang munafik untuk memerangi Rasulullah dan memecah belah umat Islam,” tuturnya.
Manajemen Masjid
Setelah niat, faktor kedua adalah manajemen masjid. Seluruh personal ketakmiran harus mengerti, memahami konsep ontologi, epistemologi, dan aksiologi masjid.
”Masjid adalah tempat ibadah serta pusat kegiatan keagamaan dan pengembangan peradaban Islam,” kata dia. Namun menurut Mahsun, ada kelemahan manajemen masjid yang terjadi. Seperti keterbatasan sumber daya manusia, kurang program pemberdayaan umat, data base belum akurat, belum ada panduan pengurus masjid, lembaga pendidikan, serta pelatihan pemberdayaan masjid.
”Takmir masjid selain mengelola manajemen ketakmiran juga mengajak berjamaah warga sekitar, mengadakan pengajian bapak-bapak, ibu-ibu, remaja, dan TPQ” ujarnya.
Takmir masjid itu bukan marbot, selorohnya. Marbot bertugas membersihkan masjid, tempat wudhu, kamar mandi, memelihara fasilitas. ”Kalau takmir selain paham urusan kebersihan, juga menonjol pada manajemen dan pemikiran,” jelasnya.
Faktor ketiga, yang sangat penting, kata Mahsun, kekokohan akidah takmir masjid. Selalu menjadi teladan, selalu shalat berjamaah, tidak alergi dengan kegiatan taklim, peduli terhadap masyarakat sekitar, dan memiliki kepekaan sosial.
Penulis Jahja Sholahuddin Editor Sugeng Purwanto