Kasus Lesti – Billar dan Tragedi Stadion Kanjuruhan dari Sisi Psikologi oleh Muhammad Fajar Al Amin, Humas SD Muhammadiyah 1 Jember.
PWMU.CO– Masih hangat kasus Lesti Kejora dan Rizky Billar hingga saat ini. KDRT. Kekerasan dalam Rumah Tangga. Siaran TV infotainment berulang-ulang menyajikan. Di Instagram, Facebook, Youtube, WA, beritanya dikupas dan dikuliti tak habis-habisnya.
Kabar mengejutkan dunia entertainment. Rizky Billar mencekik dan membanting Lesti Kejora, bintang Dangdut Academy. Gara-gara Lesti bertanya tentang perempuan selingkuhan suaminya.
Padahal baru saja keduanya melangsungkan pernikahan. Setahun lalu. Dengan hingar bingar yang menghebohkan jagat TV. Berbulan-bulan beritanya. Kalau saja tidak masa pandemi Covid-19, Rizky Billar bilang bakal menyewa Stadion Senayan untuk resepsinya.
Begitu romantis. Janji saling membahagiakan sehidup semati diobral. Dimuat di media apapun. Banyak pujian, Seperti menjadi pasangan paling romantis di tahun itu. Berita keduanya menyita antusias publik. Juga mendatangkan berkah. Keduanya banjir tawaran menjadi bintang iklan.
Kini hujatan ramai dilontarkan kepada Rizky Billar. Dituduh sebagai suami tak tahu diri. Sudah numpang tenar istrinya, sekarang malah main kekerasan. Setelah punya uang. Kisah romantisme keduanya pun ambyar. Tersapu habis oleh kejadian KDRT di tengah malam. Rizky di-black list manggung dan masuk TV. Kasusnya sudah masuk ke polisi. Ancaman sel penjara menghadang. Kasus Lesti terus menggelinding.
Kabar itu belum usai, muncul kabar tragis. Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang. Sebanyak 174 penonton sepakbola tewas usai laga Arema Vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022) malam. Mati akibat tembakan gas air mata oleh polisi. Ketika beberapa supporter Aremania ricuh setelah klub kesayangannya kalah 2-3.
Mereka mati karena sesak nafas, terjepit, dan terinjak-injak kepanikan karena pintu keluar stadion terkunci. Jumlah korban masih simpang siur. Identifikasi korban memakan waktu. Ini bentrok supporter Aremania dengan polisi. Tidak ada supporter Persebaya ikut menonton malam itu.
Jagat sepakbola pun berduka di seluruh dunia. Di Eropa, sebelum pertanding bola ada doa untuk para korban tewas. Di Twitter dipajang spanduk supporter Bayern Munchen di stadion: More than 100 people killed by the police.
Spanduk itu senada dengan tuduhan supporter Aremania. Polisi telah membunuh ratusan supporter. Namun Kapolda Jatim Nico Afinta menyatakan, penembakan gas air mata sudah sesuai prosedur.
Pemicu Sama
Dua kasus ini ada kemiripan garis besar permasalahan. Sama-sama dipicu oleh marah. Kemarahan yang memuncak tak terkendali. Lesti-Rizky sama-sama marah. Awalnya luapan makian. Berujung tindakan kekerasan.
Tragedi Stadion Kanjuruhan diawali supporter yang marah main lempar-lempar dan turun lapangan. Polisi yang menertibkan juga dengan marah sehingga muncul tindak kekerasan yang berakibat mematikan. Polisi biasa memakai gas air mata menyelesaikan kericuhan. Tapi sekarang menjadi bencana besar. Tim independen dipimpin Menko Polhukam Mahfud MD kini sedang bekerja menyelidiki peristiwa ini. Mencari siapa yang harus bertanggung jawab. Tidak ada lagi saling menyalahkan.
Marah merupakan suatu emosi yang dalam wikipedia.org diartikan sebagai suatu kondisi jantung berdenyut dengan kencangnya, dan memicu tekanan darah, serta hormon adrenalin naik.
Seseorang akan berani melakukan tindakan untuk menghentikan suatu hal di hadapannya yang dianggap sebagai ancaman yang membuat diri muncul rasa sakit hati, cemas, atau ketakutan.
Dari amarah akan memunculkan beberapa ekspresi seperti berteriak, mata melotot, wajah memerah, memperlihatkan gigi, bahkan bisa saja sampai melakukan kontak fisik.
Nasihat Nabi
Allah swt membenci orang-orang yang dalam dirinya diliputi oleh kemarahan. Dalam al-Quran dianjurkan menahan amarah. “Orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah menyukai orang yang berbuat kebaikan.” Ali Imron ayat 134.
Hadits riwayat Bukhori menceritakan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ
Dari Abu Hurairah, seorang lelaki berkata, ”Wahai Rasulullah, perintahkan aku nasihat. Rasulullah bersabda, Jangan marah. Lelaki itu lalu mengulangi permintaannya, Rasulullah tetap mengatakan, “Jangan marah.”
Belajar dari dari ayat al-Quran dan hadits tersebut, betapa pentingnya menahan marah. Agar tidak telanjur menjadi petaka yang mengerikan. Tak hanya korban yang dirugikan namun pelaku muncul rasa penyesalan seumur hidup dan tak bisa diperbaiki.
Kunci menahan marah bersikap sabar dan pemaaf. Dalam surat an-Nahl: 126 dikatakan: Jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang yang sabar.
Bila saja ketika Billar dituduh selingkuh, seketika itu ia mampu menahan marahnya, dan menyelesaikan dengan kepala dingin dan kesabaran, rasa marah dan kekerasan pada istrinya bisa terkendali.
Ketika di Stadion Kanjuruhan para suporter bisa menerima kekalahan dengan sportif kejadian tragis tersebut takkan terjadi.
Atau jika ingin membalas kekalahan itu cukup balas saja dengan prestasi yang lebih baik bukan dengan kekerasan. Allahu a’lam.
Editor Sugeng Purwanto