PWMU.CO– Pemilik modal yang minoritas telah menguasai mayoritas aset negeri ini. Akibatnya kelompok mereka yang menentukan negara ini.
Demikian pesan pengajian Ahad pagi yang disampaikan Buya Dr Anwar Abbas, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik, Ahad (2/10/2022).
”Dari 50 orang terkaya di Indonesia hanya 3 orang yang muslim. Sementara 47 lainnya adalah non muslim. Pemilik modal, orang-orang terkaya, itulah yang menentukan negeri ini,” kata Buya Anwar Abbas.
Jumlah umat Islam yang 90 persen di Indonesia, kata dia, tetapi penguasaan modalnya di bawah 10 persen, sehingga di negeri ini ada ketidakadilan dalam penguasaan ekonomi.
Kesalahan itu, menurut Abbas yang juga Wakil Ketua Umum MUI 2020 – 2025 karena kesalahan kita sendiri. ”Mengapa tidak kaya. Untuk menjadi kaya itu ada sunnatullahnya. Sejauh ini kita tidak mempersiapkan diri menjadi penentu, menjadi kaya, karena jalan yang ditempuh bukan jalan untuk menjadi penentu,” tandasnya.
Dia menyebut, mentalitas umat Islam Indonesia adalah employee mentality (mentalitas pekerja), bukan entrepreneur mentality (mentalitas pengusaha).
Abbas yang lahir di Balai Mansiro, Guguak VIII Lima Puluh Kota, Sumatera Barat bercerita, tahun 1970-an pasar di Jakarta banyak yang dikuasai orang Padang. Dulu bagi orang Padang pengusaha atau pedagang adalah profesi terhormat. Namun sekarang pegawai dianggap lebih terhormat. Terjadi perubahan sikap dan pandangan.
Dijelaskan, bagi seorang pengusaha, berlaku hukum high risk high return (risiko tinggi hasilnya juga tinggi). Sedangkan bagi pegawai low risk low return (risiko rendah hasilnya juga rendah).
Abbas mengatakan, sejak tahun 2010 dirinya mendorong penguatan ekonomi di Muhammadiyah. Di Muhammadiyah penguatan ekonomi bukan tanpa masalah, karena pimpinan di Muhammadiyah pada umumnya adalah guru, dosen dan pegawai.
”Jadi mentalitasnya bukan entrepreneur mentality. Mentalitas pegawai pada umumnya mengedepankan rasa aman dan menghindari risiko,“ ujarnya.
Mimpi
Abbas bercerita pernah mengunjungi salah satu PWM (Pimpinan Wilayah Muhammadiyah). Dari 100 pengurus, 99 pengurus adalah PNS. Hanya satu orang yang pengusaha percetakan kecil-kecilan, sekaligus dai.
Untuk itu dia terus berupaya melahirkan kader-kader pengusaha di Muhammadiyah. Abbas menghendaki agar anak didik di sekolah-sekolah Muhammadiyah dibiasakan berbisnis sejak kelas 1 Sekolah Dasar.
”Sekali sepekan, kantin sekolah biar siswa yang mengisi dan berjualan. Setahun siswa SD tersebut akan punya pengalaman 50 hari berbisnis. Sehingga ketika lulus SD, siswa punya pengalaman 300 hari berbisnis,” terangnya.
Ketika lulus SLTP, siswa punya pengalaman 450 hari berbisnis. Ketika lulus SLTA punya pengalaman 600 hari berbisnis. Saat lulus kuliah, mereka punya pengalaman 800 hari berbisnis. Pengalaman 800 hari berbisnis itu sama dengan pengalaman berbisnis 2 tahun. Sehingga ketika lulus kuliah mereka tidak lagi sibuk melamar kerja tetapi membuat usaha.
Abbas bermimpi, suatu saat nanti ketika terbang dari London ke New York kita tidak lagi naik maskapai Lufthansa, Ittihad, atau Qantas tetapi naik pesawat Muhammadiyah Airlines. ”Itu semua bisa dilakukan jika Muhammadiyah bersatu,” tandasnya.
Penulis Kemas Saiful Rizal Editor Sugeng Purwanto