PWMU.CO – Menjadi guru Muhammadiyah itu jangan minder (tak percaya diri). Justru harus bangga karena Muhammadiyah ikut membantu pemerintah dalam memajukan pendidikan di Indonesia.
Mantan Rektor Unesa Surabaya Prof Muchlas Samani menyampaikan hal itu dalam Seminar Nasional Pendidikan yang diselenggarakan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), di Hall Sang Pencerah, Sabtu (4/3).
(Baca: Diiringi Musik Gamelan, Mars Muhammadiyah Sang Surya Hadirkan Nuansa Jawa di Kampus UMG)
“Guru Muhammadiyah itu kadang sering minder dengan guru negeri. Sering minder dengan Dinas Pendidikan. Padahal harusnya bangga karena Muhammadiyah itu justru ikut membantu pendidikan yang berkemajuan di Indonesia,” kata Muchlas. Di samping itu, ujarnya, Muhammadiyah lahir sebelum Indonesia merdeka. “Harusnya negeri ini yang niru Muhammadiyah,” tuturnya.
Muchlas menyarankan agar guru-guru Muhammadiyah harus berinovasi. “Bantulah Pak Hamid ini untuk memajukan pendidikan dasar dan menengah lewat karya-karya para pendidik Muhammadiyah,” ujarnya Hamid Muhammad adalah Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud yang juga hadir sebagai pembicara.
Perlunya inovasi itu, menurut Muchlas, karena kemajuan teknologi bagaikan deret ukur. “Tiap hari selalu ada inovasi. Trend masa depan sudah tak bisa diprediksi lagi. Dulu mahasiswa mengisi KRS dengan tulisan tangan. Sekarang semua sudah on line,” kata dia memberi contoh.
Muchlas juga memberi kriteria tentang pendidikan yang cocok untuk masa kini. Yaitu berkelakukan baik, belajar mandiri, tiak banyak berkata tapi sering menampilkan, dan pikiran yang terbuka.
(Baca juga: Haedar Nashir: Ketika Pendidikan Muhammadiyah Tidak Lagi Modern)
Sementara itu Hamid Muhammad yang menggantikan Mendikbud Muhadjir Effendy yang berhalangan hadir, menjelaskan tentang Kerangka Strategis Mendikbud 2015-2019 yaitu terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dengan dilandasi semangat gotong-royong.
Untuk mencapai itu, kata Hamid, perlu dilakukan 3 strategi, yaitu penguatan pelaku pendidikan dan kebudayaan, peningkatan mutu dan akses, dan pengembangan efektifitas birokrasi melalui perbaikan tata kelola dan pelibatan publik.
Secara khusus, Hamid meminta kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik untuk memantau kepada sekolah-sekolah kecil yang hampir tutup.
Ketua Panitia Syaiful Huda menjelaskan, seminar bertema “Pendidikan Berkemajuan untuk Semua” ini diikuti oleh 300 peserta yang berasal dari Gresik, Jombang, Madura, Yogyakarta, dan Jawa Barat. “Ada 30 pemakalah yang berpartisipasi dalam seminar ini. Mereka adalah mahasiswa, guru, dan aktivis pendidikan,” tuturnya.
Dekan FKIP UMG Irwani Zawawi mengungkapkan, seminar ini dalam rangka Bulan Pendidikan yang diadakan fakultas. “Sebelumnya telah disemarkkan oleh Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan Matematika dengan berbagai lomba,” katanya.
(Baca juga: Dibawakan Anak-Anak Berkebutuhan Khusus, Lagu Gundul-Gundul Pacul Jadi Spesial)
Zawawi juga menjelaskan, bahwa FKIP UMG sudah punya pusat studi untuk anak-anak berkebutuhan khusus. “Karena itu salah satu sub tema dalam seminar ini adalah soal pendidikan inklusi,” kata dia yang juga menyampaikan akan ada Jurusan Pendidikan Luar Biasa untuk mencetak guru-guru di sekolah berkebutuhan khusus.
Wakil Rektor 1 UMG Ida Rahayu Ningsih mengatakan seminar nasional ini merupakan bagian dari budaya akademik yang harus ditumbuhkembangkan di UMG. “Usia UMG sudah 25 tahun. Jika dianalogikan denga manusia adalah usia dewasa awal yang dotandai dengan kemantapan keinginan dan harapan untuk mencapai tujuan yang lebih baik,” ujarnya. (Ria Eka Lestari)