Kunci Kebahagiaan: Ketika Seseorang Sudah Berorientasi di Luar Dirinya; Liputan Shinta Amalia Ferdaus, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Ketua Dewan Syariah Lazismu Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr KH Hamim Ilyas hadir dalam kegiatan Lazismu Goes to Campus bertema ‘Workshop Membangun Inovasi Sosial Berbasis Kampus’ di Ruang KH Mas Mansur, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Jawa Timur (Umsida), Kamis (6/10/2022).
Pada kesempatan itu, Hamim Ilyas membahas terkait perhimpunan dan penyaluran zakat menurut al-Quran dan al-Hadits. Dia meyebutkkan landasan filosofis zakat tercantum dalam al-Quran Surat adz-Dzariyat ayat 19. Artinya, “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.”
Hamim Ilyas lalu menyebut fungsi komprehensif zakat ialah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. “Dan orang yang paling bertakwa itu adalah orang yang paling mulia dalam agama kita. Siapa orang yang paling bertakwa itu dijelaskan dalam surah al-Lail ayat 17 dan 18,” terangnya.
Menurutnya, orang yang mulia tersebut adalah orang yang membelanjakan hartanya untuk membersihkan dan sampai menjadi bersih. Ia kemudian melanjutkan makna bersih menurut Tafsir Ibnu Katsir.
“Untuk membersihkan dirinya dari sifat-sifat tercela yang langsung berhubungan dengan harta adalah sifat kikir. Sehingga dengan memberikan zakat, orang itu membersihkan dirinya dari sifat kikir,” terangnya.
“Dengan membersihkan dirinya dari sifat kikir, maka dia bisa melampaui dirinya. Yang dia pikirkan itu bukan hanya dirinya sendiri tapi juga orang lain. Orang yang bisa melampui dirinya itu berarti sudah berorientasi kepada sesuatu di luar dirinya,” tambahnya.
Kunci Kebahagiaan
Lebih lanjut, Hamim Ilyas menjelaskan kunci kebahagiaan adalah ketika seseorang sudah mampu berorientasi kepada sesuatu di luar dirinya. Seperti orientasi kepada Allah SWT dan membahagiakan orang lain. Orang yang seperti ini tidak akan mudah terpengaruh dengan cemoohan serta mampu bekerja secara produktif.
Ia menambahkan, mengacu pada hadits Ibnu Katsir, membayar zakat dapat membersihkan diri kita dari kedustaan terhadap agama. “Yang mendustakan agama adalah tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin, sehingga dengan membayar zakat orang bisa membersihkan agamanya dari kedustaannya, sehingga dia memberdayakan anak yatim dan orang-orang miskin,” imbuhnya.
Terakhir, ia menegaskan membayar zakat juga dapat membersihkan dunia. Dalam hal ini, dunia yang dimaksud ialah negara. “Zakat adalah sumber pendapatan negara yang dikelola untuk membiayai, untuk perbaikan, untuk pembangunan negara. Dan dengan zakat kita sekarang, ketika zakat dikelola oleh masyarakat, maka kita pun juga bisa membantu negara untuk Indonesia ini seperti yang di idealkan,” tegasnya.
Menyinggung zakat fitri yang dihimpun oleh Lazismu dari muzakki sepanjang bulan Ramadhan dan sebelum Idul Fitri. “Kemudian penyalurannya oleh amil bisa sepanjang tahun,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni