PWMU.CO– Empat karakteristik umat Nabi Muhammad saw diulas dalam pengajian Maulid di Masjid al-Fajar, Gondang, Kabupaten Mojokerto, Jumat (7/10/2022).
Pengajian diisi oleh Muhammad Iqbal Rahman, pengajar Pondok Pesantren Muhammadiyah Boarding School (MBS) Kutorejo Mojokerto.
Dia ceramah mengupas surah al-Fath (48) ayat 29.
مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗ
Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap tegas terhadap orang-orang kafir, berkasih sayang terhadap sesama manusia. Dan kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia dan keridhoan-Nya. Serta pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud.
Dia menjelaskan, ada empat karakteristik umat Nabi Muhammad saw yang dijelaskan di ayat itu. Pertama, asyidda’u alal kuffar. Bersikap tegas terhadap orang kafir.
”Bersikap tegas dalam ayat ini bukan berarti umat Islam menempuh jalan radikal terhadap kelompok non-muslim. Tetapi umat Islam harus berpegang teguh terhadap prinsip-prinsip dan nilai-nilai ajaran Islam sesuai dengan al-Quran dan as-sunnah,” kata aktivis IMM UIN Sunan Ampel Surabaya ini.
Dia mencontohkan, sebagai orang beriman harus menolak budaya orang kafir, gaya orang kafir, terlebih masalah ibadah dan akidah. Contoh, jangan ikut-ikutan orang yang bershalawat di gereja disertai musik banjari dan lagu kerohanian.
”Allah mengatakan لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ Untukmu agamamu, dan untukku agamaku,” kata Iqbal menguti surat al-Kafirun: 6.
”Jadi Rasulullah sangat keras apabila suatu akidah dan ibadah dikaitkan dalam peribadatan orang non muslim. Inilah teladan ketegasan yang harus kita perhatikan,” kata alumnus Pondok Pesantren Tahfidh al-Quran Ar Rosyidin Malang.
Kasih Sayang
Karakteristik kedua, ruhamau bainahum. Menebar kasih sayang kepada sesama manusia. ”Kita harus memiliki rasa sosial kepada sesama manusia, berbuat baik, saling menolong dan memberikan kemanfaatan untuk sesama,” ujar dai terbaik nasional waktu lomba di Bandung ini.
Menurut dia, jangan bermusuhan dengan hal sepele yang menjadikan berpecah belah dan berdebat gara-gara beda golongan, organisasi, partai.
Ketiga, dzikrullah. Mengingat Allah, mendekatkan diri kepada Allah, dan beribadah kepada Allah. ”Dzikir tidak hanya dimaknai dengan dzikir syafawi (lisan), tetapi perlu dimaknai dengan dzikir fi’li (perbuatan) yang melahirkan watak dan perilaku yang baik dan terpuji ketika bergaul di tengah lingkungan kehidupan masyarakat,” kata Muhammad Iqbal Rahman.
Keempat, simahum fii wujuhihim min atsaris sujud. Terdapat tanda bekas sujud pada wajah mereka. ”Maknanya, wajah umat Nabi Muhammad saw memancarkan cahaya karena keimanan dan ketakwaannya,” tandasnya.
Tujuan kita ruku dan sujud tidak lain harus untuk mencari ridho Allah. Sebagaimana dalam firman-nya:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (Al Baqarah: 21)
”Semoga kita bisa meniru empat karakteristik, sifat, sikap dan perilaku Nabi Muhammad saw sehingga kita bisa meraih syafaatnya kelak di akhirat dan diakui oleh Allah bahwa kita semua adalah umat Nabi Muhammad saw,” tuturnya.
Penulis Syamsul Arifin Hadi Editor Sugeng Purwanto