Guru Muhammadiyah Teladan Pengamalan Al-Quran dan As-Sunnah: Liputan Wulidatul Aminah, kontributor PWMU.CO Kabupaten Jember.
PWMU.CO – Edu Conference and The Summit Meeting For Ismuba Teacher yang dihelat di Aula Ahmad Dahlan Kampus I Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) mendatangkan Prof Dr Sutrisno MA sebagai salah narasumbernya, Sabtu (8/10/22). Anggota Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu menyampaikan tema Mainstreaming Ismuba in Muhammadiyah Education dalam konferensi yang merupakan rangkaian kegiatan Muhammadiyah Education (ME) Awards 2022 Special Edition.
“Dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah kita temukan bahwa Muhammadiyah merupakan gerakan dakwah yang bersumber pada al-Quran dan as-Sunnah,” ungkapnya.
Untuk itu, lanjutnya, kita sebagai pemimpin atau pendidik masa depan dalam mewujudkan masyarakat yang sebenar-benarnya perlu menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai sumber rujukan.
Dia menyampaikan pada masa kejayaan umat Islam semua ilmuwan Muslim bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah. “Bukan hanya ilmuwan di bidang tafsir dan fikih, bidang algoritma pun bersumber pada al-Quran dan as-Sunnah,” katanya.
Teladan Pimpinan
Menurut dia, para Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, mulai dari KH Ahmad Dahlan sampai dengan Prof Dr H Haedar Nashir adalah contoh nyata pendidik yang menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai sumber pedoman.
Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini lalu mencontohkan KH Ahmad Dahlan, sang pendiri persyarikatan Muhammadiyah.
“Sepak terjang Kiai Dahlan di dunia pendidikan Muhammadiyah tidak perlu lagi diragukan, mulai dari mengadakan pengajian sampai mengeluarkan perabot rumahnya untuk dilelang,” ungkapnya. “KH Ahmad Dahlan juga berpesan, seyogyanya al-Quran tidak hanya dipahami, namun diamalkan isinya.”
Menurutnya, selain menjadi sumber pedoman, al-Quran dan as-Sunnah sepatutnya menjadi alat pemersatu kehidupan. “Memimpin suatu kehidupan, seharusnya dan sepatutnya menggunakan al-Quran, sebab nenek moyangnya satu, Nabi Adam dan Ibu Hawa dan supaya semua manusia dapat hidup senang bersama-sama di dunia,” ungkapnya.
Untuk itu, pesannya, sepatutnya pendidik Muhammadiyah tidak hanya berhenti dalam memahami isi al-Quran namun juga mengamalkan apa yang sudah dipahaminya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni