Intelektualitas kaum muda menjadi penentu wajah Muhammadiyah di masa depan; Liputan kontributor PWMU.CO Gresik Anis Shofatun.
PWMU.CO – Intelektualitas sebagai penentu cerah buramnya wajah Muhammadiyah dikatakan Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya Prof Dr H Biyanto MAg, Sabtu (8/10/22).
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur itu menyampaikannya dalam sambutan penutup, usai pengumuman pemenang Muhammadiyah Education (ME) Award 2022 Special Edition di Auditorium KH Ahmad Dahlan Umsida Kampus I.
Akhir Periode Kepemimpinan
Prof Biyanto menerangkan, ME Award 2022 merupakan puncak dari serangkaian acara lomba di tingkat daerah maupun wilayah. Kegiatan yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), itu juga menjadi kegiatan yang mengakhiri kepemimpinan PWM Periode 2015-2022.
“Gelar tahunan ME Award yang ditunggu-tunggu oleh siswa, guru, karyawan dan kepala sekolah Muhammadiyah se-Jawa Timur, untuk tahun ini mengakhiri periode kepemimpinan kami di PWM 2015-2022,” terangnya.
Prof Bi, sapaannya, juga berharap kepada seluruh pemenang lomba dapat menjadi duta-duta Muhammadiyah, untuk melakukan sesuatu yang lebih besar lagi. Mereka dapat mengikuti beragam kompetisi baik tingkat nasional maupun internasional.
“Ini lomba internal di Muhammadiyah, semoga modal penghargaan dari ME Award ini dapat digunakan untuk mengikuti kompetisi yang lebih besar dan besar lagi,” tuturnya.
Menurutnya, ketika siswa Muhammadiyah terus mengikuti berbagai kompetisi yang lebih menantang di luar Muhammadiyah, maka siswa dan guru Muhammadiyah akan memiliki pengalaman yang luar biasa. Bahkan dirinya meyakini juga, pemenang ini akan menjadi kader yang hebat dan militan sebagaimana tema MEA yakni The Rise of Muhammadiyah Future Generation.
Wajah Muhammadiyah
Dia lalu teringat pesan dari Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif yang mengatakan wajah Muhammadiyah di masa yang akan datang cerah dan buramnya itu tergantung pada kaum mudanya. “Jikalau adik-adik itu hebat maka hebatlah Muhamamdiyah di masa-masa yang akan datang,” pesannya menguatkan inspirasi yang disampaikan Buya Syafii Maarif.
Pria kelahiran Desa Gampang Sejati, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, ini menilai kegiatan MEA penting diselenggarakan untuk meningkatkan daya saing siswa menjadi seorang pemenang. Dia juga menjelaskan setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah semua peserta adalah pemenang.
“Dan para finalis yang hadir ini adalah pemenang meskipun tidak semua harus naik diatas panggung utama. No participant loses, all particitan are the winner. Tidak ada peserta yang kalah tetapi semua peserta adalah pemenangnya,” tuturnya memberikan semangat kepada seluruh peserta
Menurutnya, kalimat motivasi ini memiliki nilai-nilai yang luar biasa dan perlu disampaikan kepada siswa, guru, karyawan dan seluruh warga persyarikatan. “Semua peserta dapat berkontribusi yang luar biasa pada berbagai jenis lomba dimanapun,” arahnya.
Kembali ke Muhammadiyah
Biyanto kemudian mengutip potongan bacaan Yusuf ayat 67 yang berbunyi: Wa qala ya baniyya la tadkhulu min babin wahidin wadkhulu min abwabin mutafarriqah“. Dan Ya’qub berkata: Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dalam satu pintu, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang lain-lain,” sitirnya.
Potongan ayat tersebut, sambungnya, menceritakan tentang kisah Nabi Ya’qub yang menyuruh kepada anak-anaknya mencari keberadaan Nabi Yusuf As. “Dia berkata kepada anak-anaknya: Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dalam satu pintu, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang lain-lain..,” tambahnya.
Penulis opini di berbagai surat kabar ini menerangkan maksud potongan ayat tersebut bagi generasi dan warga Muhammadiyah, yakni untuk berdiaspora saat berada di mana-mana dan menjadi apapun. Ada yang menjadi dokter, guru, insinyur, ahli agama dan lain sebagainya tersebar dan berdiaspora kemana-mana.
Semua dapat menjadi apapun dan tetap berperan aktif memajukan dan membesarkan persyarikatan Muhammadiyah. “Jadilah dokter, master, guru, ahli agama dan jadilah apapun. Dan kembalilah ke Muhammadiyah,” tuturnya menirukan pesan KH Ahmad Dahlan.
Selanjutnya, Biyanto menggambarkan cerah dan buramnya Muhammadiyah ada di tangan para generasi mudanya. Sedangkan indikator kunci yang harus dimiliki adalah intelektualitas yang bermakna pendidikan.
Ketua Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Gresik ini berharap, para generasi muda Muhammadiyah ini semakin tertantang dan terkesan dalam bermuhammadiyah. “Dan tentu saja cerah dan buramnya wajah Muhammadiyah ada di tangan kalian, para kader Muhammadiyah ini, dan kuncinya adalah intelektualitas. Semoga adik-adik akan semakin tertantang dan terkesan dengan situasi bermuhammadiyah,” lanjutnya.
Apresiasi Beasiswa Umsida
Pada akhir sambutanya, Biyanto mengucapkam selamat dan apresiasi atas penyelenggaraan MEA 2022, yang saat finalnya dapat dilaksanakan secara luring dengan melibatkan berbagai tim dan penuh kegembiraan bertabur penghargaan. “Selamat dan sukses untuk tim Dikdasmen PWM Jawa Timur, yang tidak pernah lelah memajukan pendidikan melalui madrasah/sekolah Muhammadiyah Jawa Timur,” ucapnya.
Biyanto juga mengapresiasi dukungan dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah seperti Umsida, UM Surabaya, dan UMG yang telah mendukung kesuksesan penyelenggaraan kegiatan MEA ini. Termasuk pemberian beasiswa bagi pemenang oleh Umsida.
Biyanto yang mengenakan baju batik hijau dan peci hitam ini mengatakan, saat ini perguruan tinggi baik negeri maupun swasta dinilai dengan instrumen yang sama oleh Badan Akreditasi Perguruan Tinggi (BAN-PT). Jika ada kampus swasta yang memperoleh nilai unggul atau A, maka memiliki nilai yang sama baiknya dengan perguruan tinggi negeri. “Maka jangan disia-siakan kesempatan yang diberikan Umsida, UMSurabaya, dan kampus Muhammadiyah lainnya,” pungkasnya. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.