PCM Bulak Resmikan Kantor Baru, liputan kontributor PWMU.CO Kota Surabaya Muhammad Syaifudin Zuhri.
PWMU.CO – Muktamar Ke-48 Muhammadiyah-Aisyiyah di Surakarta, 18-20 November 2022, disambut suka cita segenap warga Muhammadiyah di seluruh penjuru nusantara. Termasuk bagi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Bulak yang terletak di pesisir pantai sisi timur laut Kota Surabaya.
Dihubungi PWMU.CO Kamis (6/10/2022), Ketua PCM Bulak H. Luqmanto SPd menyampaikan, PCM Bulak pada September 2022 telah meresmikan kantor barunya di Jalan Kenjeran Lama No. 12 Kelurahan Kenjeran, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya, Jawa Timur. PCM Bulak lahir tahun 2012 dan mengalami tiga kali pemekaran PCM.
“Warga Muhammadiyah di wilayah pesisir Surabaya alami tiga kali pemekaran PCM. Dulu tahun 1970-an kami tergabung dalam PCM Sukolilo. Kemudian tahun 1990-an dimekarkan jadi 3 PCM, yaitu Sukolilo, Mulyosari dan Kenjeran. Kami bagian dari PCM Kenjeran. Namun sejak 2009 dimekarkan jadi PCM Kenjeran dan PCM Bulak,” terangnya.
PCM Bulak, lanjutnya, terdiri atas tiga Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM). Istimewanya ketiga PRM itu namanya sama dengan PCM yang ada. Yakni PRM Sukolilo, PRM Kenjeran dan PRM Bulak. Padahal ada PCM Sukolilo di seputar Asrama Haji Surabaya. Ada PCM Kenjeran meliputi wilayah sekitar akses jembatan Suramadu.
“Sejak nenek moyang dulu, daerah pesisir Surabaya yang cukup terkenal adalah Sukolilo, Kenjeran dan Bulak. Di Muhammadiyah, ketiga nama itu ada di daftar PCM sekaligus PRM,” ungkap Luqmanto sambil tersenyum.
AUM Masih Minim
Sayangnya, sambung Luqmanto, ketiga PRM di bawah PCM Bulak terkategori minim amal usaha Muhammadiyah (AUM). PRM Sukolilo punya 1 masjid, 1 SD dan 1 TK. PRM Kenjeran punya 1 masjid, 1 mushalla dan 1 MTs. Sedangkan PRM Bulak belum punya AUM.
“Khusus PRM Kenjeran, setelah mampu mendirikan MTs Muhammadiyah 19 Surabaya, selanjutnya dalam proses pembangunan gedung empat lantai untuk panti asuhan dan pesantren,” ungkapnya.
“Kantor PCM Bulak ukuran 5 x 10 meter ini adalah bangunan awal. Di halaman belakang ini segera dibangun gedung multifungsi, untuk panti asuhan dan pesantren,” tambahnya.
Dia berharap dukungan dan restu semua pihak agar mimpi PRM Bulak untuk bisa memiliki AUM masjid bisa segera terwujud.
“Dulu sempat ada lahan yang siap dibeli untuk pendirian masjid. Namun, hingga batas waktunya, kami belum terkumpul nominal yang diminta pemilik tanah. Akhirnya kesepakatan dibatalkan dan DP kami dikembalikan,” kisahnya.
Masjid Muhammadiyah Tertua
Menurutnya jajaran PCM Bulak tetap patut berbangga. Pasalnya, meski terkategoti PCM baru, namun PCM Bulak punya AUM masjid yang bisa menjadi masjid tertua milik Muhammadiyah.
“Masjid Sholihin di Sukolilo Gang VI merupakan masjid legendaris dengan banyak cerita. Mulai dari adanya sumur tua yang berair tawar, meski berjarak kurang dari 100 meter dari laut. Hingga adanya mushaf al-Quran yang ditulis tahun 1819,” terangnya.
“Mudah-mudahan ada penelitian lebih kompeten tentang masjid Sholihin yang telah ada ratusan tahun lalu. Diyakini didirikan salah satu murid Sunan Ampel. Masjid ini juga jadi rute wajib para peziarah asal Cirebon,” tambahnya.
Hal lain yang patut dibanggakan, ujar Luqmanto, kampung pesisir Sukolilo merupakan daerah basis Muhammadiyah dari dulu hingga kini. Bahkan pasca terpisah, aktivitas pengajian PCM dan PCA Kenjeran hanya diikuti sedikit peserta. Sebab, sejak dulu setiap kegiatan Muhammadiyah selalu dipadati warga pesisir Surabaya.
“Bukti riilnya. Saat pemilu 2019, untuk syarat pencalonan almarhum Nadjib Hamid di DPD Jatim, saya yang mengumpulkan KTP dan KK untuk mendukung beliau. Di daerah Sukolilo saja terkumpul lebih dari 600 KTP. Artinya, warga Muhammadiyah di Sukolilo hampir 90 persen, di Kenjeran 50 persen dan Bulak 20 persen,” jelasnya. (*)
Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.