Almarhum Kiai Syamsi di Mata Santri: Liputan Mohamad Su’ud dan Maslahul Falah, kontributor PWMU.CO Lamongan
PWMU,CO – Kepiawaian KH Muhammad Syamsi waktu menjadi guru fikih di Madrasah Aliyah Umum Muhammadiyah 3 Desa Godong, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, sangat mengesan dan membekas bagi para santrinya. Hal itu dirasakan oleh Shofan Hariyanto MPd, salah satu siswanya di tahun 2000-2003.
Shofan menuturkan pelajaran Fikih yang diperoleh dari Kiai Syamsi menjadi fondasi kuat dalam hidupnya. Bahkan guru SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik itu mengatakan fikih yang beliau ampuh menjadi guide syariat Islam yang dia lakukan sampai sekarang ini.
“Bagi saya yang lulusan aliyah mendapat pelajaran fikih dari beliau sangat sangat berharga sebagai pegangan hidup Islami,” kesan Shofan yang saat sekolah di MAM 3 itu harus mbajak (pergi-pulang) Solokuro-Godog
Kyai Syamsi, lanjut Shofan, dalam mengajar sangat inspiratif. “Beliau pada zamannya sudah mengaplikasikan konsep merdeka mengajar, dalam keterbatasan fasilitas sarana dan prasarana sekolah,” ujarnya pada PWMU.CO, Kamis (13/10/2022).
Menurutnya Kiai Syamsi memaksimalkan sumber daya belajar yang ada di sekolah. “Saya ingat betul ketika beliau menjelaskan tentang Perang Badar, beliau mempraktikkan aktivitas peperangan dengan menunggang sapu, seakan-akan sapu tersebut sebagai kuda perang,” kenangnya.
Shofan memberikan kesaksian, saat Kiai Syamsi menyampaikan pelajaran suasana menjadi hidup dan terhibur. Tidak tidak ada siswa yang ngantuk, apalagi tertidur. “Kelas kami dulu kelas siang-sore, secara psikologis energi dan pikiran kami sudah lelah dikarenakan aktivitas pagi bekerja membantu orang tua. Tetapi kelas masih sangat menyenangkan,” tuturnya.
Guru Bahasa Arab yang Tegas
Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Muhammad Ziyad, salah satu murid Kiai Syamsi mengungkapkan kesan mendalam saat di Tsanawiyah Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah Paciran.
“Beliau mengajar Bahasa Arab. Sangat tegas. Dalam ceramah-ceramah terkenal humoris tapi kalau sudah di kelas sangat tegas dalam mendidik dan mendisiplinkan anak-anak,” kenangnya.
Ziyad, sapaan akrab pria kelahiran Desa Bulubrangsi, ini memandang Kiai Syamsi sosok kyai tapi sekaligus juga penceramah ulung dan humoris. “Beliau sosok teladan kita semua dan umat sangat kehilangan. Allah sudah memanggil beliau di usia yang sangat senja,” ungkapnya.
Dai di desa terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T) ini, mendorong agar anak-anak warga di kampung itu untuk nyantri atau mondok. “Termasuk saya, dulu beliau bertanya kepada Abah (panggilan untuk ayah) saya, mau dibawa ke mana anaknya? Langsung Abah menjawab ‘pesantren”. Beliau pun langsung mendukung dan senang,” jelas Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.
Tidak lupa, dalam berbagai kesempatan beliau selalu mendorong sebanyak-banyaknya para kader untuk tumbuh berkembang kader-kader ulama, pendidik. “Inilah kado mulia, salah satu amal jariah untuk beliau,” paparnya via voice note WhatsApp.
“Mudah-mudahan beliau meninggal dalam keadaan sehat dan Allah tempatkan di Jannatunnaim,” harapnya.
Kenangan Murid yang Tak Pernah Ngantuk
Kenangan manis tentang almarhum juga diungkapkan staf pengajar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) David Efendi SIP MA.
“Saya diajar Pak Syami di SMP Muhammadiyah Godog, tidak satu pun hari yang saya ingat ada anak yang ngantuk saat Pak Syam di ruang kelas kita. Bikin ketawa terpingkal pingkal,” kenangnya.
David juga sering menyaksikan dan mendengar Kiai Syami memberi khotbah di acara pernikahan. Para hadirin dibuat terpingkal-pingkal menyimak uraian yang lucu.
“Sangat senior saat ngajar saya di tahun 1995-an tapi power dan energinya benar-benar powerful. Tidak pernah tidak masuk kelas jika jadwal tiba. Yang kuingat kalau menggambar orang orangan di papan sungguh lucu dan bikin ketawa,” kenang David.
Pendiri Rumah Baca Komunitas ini menyakini kesederhanaan dan komitmen mengajar mendidik adalah mata air keteladanan.
Puisi untuk Guruku
Sebuah puisi dalam bentuk video di dikirim ke PWMU.CO oleh Itmamul Khuluq, murid Kiai Syansi saat di SMP Muhammadiyah 8 Godog, yang sekarang menjadi pengusaha di Boyolali.
Pak Syamsi
engkau guru yang menginspirasi
memang engkau telah menua saat mendidik kami
justru dengan ini kami mensyukuri
karena banyak kebijaksanaan yang kau bagi
Bukan sekadar pelajaran sebagai pelengkap nilai
tapi bekal untuk sampai saat ini
bahkan sampai hari nanti
Pak Syamsi
Terima kasih atas sekian banyak dedikasi
maafkan kami atas keterbatasan budi pekerti dan
kami berjanji akan menapaki jalan yang engkau lalui
Insyaallah, insyaallah.
Pengasuh Pondok Pesantren Ismaili Bulubrangsi, Lamongan, KH Muhammad Syamsi, wafat Rabu 12 Oktober 2022. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni