Okupansi Masjid oleh Drh Zainul Muslimin, Ketua Lazismu Jawa Timur.
PWMU.CO– Load factor. Faktor muat penumpang adalah perhitungan dari nilai kegunaan dari kapasitas muatan yang tersedia dari moda transportasi. Ini berguna untuk mengetahui rata-rata okupansi pada berbagai macam rute perjalanan dari pesawat terbang, kereta api, atau bus.
Tentu hal ini sangat penting untuk memenuhi kaidah efisiensi dan efektivitas agar bisnis transportasi tak merugi.
Okupansi hotel, adalah banyaknya kamar yang dihuni dibagi dengan kamar yang tersedia dikalikan 100 persen. Tingkat okupansi menjadi salah satu unsur sangat penting dalam penghitungan pendapatan suatu hotel.
Bagaimana dengan masjid? Apakah kita juga dengan serius menghitung berapa kapasitas jamaah yang bisa ditampung dibanding dengan jumlah jamaah yang memanfaatkannya di setiap lima waktu?
Sayangnya kita tidak mengenal okupansi masjid karena bukan hotel. Membangun masjid tidak butuh menghitung untung dan rugi.
Apalagi dengan load factor. Kata itu sangat penting di dunia bisnis transportasi, karena kata itu sangat penting untuk menakar bisnis transportasi kita akan untung atau merugi.
Dalam kehidupan keseharian orang beriman tentu kita sangat mengenal kata mubazir, laghwu (sia-sia, tak bermanfaat) dan banyak hal lain kata yang sejenis yang sesungguhnya harus kita hindari dan jauhi. Supaya kita menjadi orang-orang yang sukses. Agar kita jauh dari pertemanan dengan setan.
Tentu tidak mungkin mengecilkan atau mengurangi kembali kapasitas yang sudah terpasang demikian besar dan megah itu.
Kecuali pilihannya adalah meningkatkan jumlah jamaah yang memanfaatkannya agar semakin besar manfaat yang bisa kita tebar, agar semakin besar manfaat yang bisa dirasakan jamaah. Meningkatkan okupansi masjid adalah bagian penting dari menjauhi kemubaziran dan menjauhi kesia-siaan karena ketidak-efisienan.
Dengan alasan orientasi akhirat, siapapun yang sedang membangun masjid tentu tidak pernah ada yang akan menghitung untung rugi secara materi. ketika kita berniat membangunnya. Tetapi pada saat yang sama kita juga tidak boleh meninggalkan kaidah efisiensi dan efektivitas. Kita diperintahkan untuk menjauhi kemubaziran dan kesia-siaan.
Upaya duniawi seringkali lebih tampak nyata keseriusannya. Misal memenuhi okupansi hotel di luar week end pakai strategi bikin diskon.
Di masjid kita sangat mengenal okupansi penuh di hari Jumat atau Magrib. Shalat Subuh bisa penuh ketika ada strategi gerakan shalat Subuh.
Kiranya perlu dipikirkan diskon dan bonus apa yang bisa kita tawarkan kepada masyarakat ketika okupansi masjid mengalami titik nadhir.
Editor Sugeng Purwanto