Menelusuri Jejak Peradaban Islam: Dari Madrid hingga Andalusia; Catatan perjalanan oleh Syamsudin, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim.
PWMU.CO – Ahad, 16 Oktober pukul 09:10, Keluar dari Hotel Euro Stars Madrid Forrow tempat rombongan Rihlah Peradaban PWM Jatim menginap di Madrid menuju Andalusia.
Madrid kota paling ramai kedua di Eropa setelah Paris. Dulu hanyalah padang rumput untuk gembalakan hewan ternak. Nama Madrid berasal dari kaum Muslimin. Dari kata majre, yaitu wilayah yang dialiri sungai. Umat Islam yang pertama kali mengubah padang rumput Madrid menjadi pemukiman.
Memang Madrid merupakan wilayah subur. Di kanan dan kiri sepanjang perjalanan menuju Andalusia, terlihat hamparan pohon oak dan pinus. Jika semakin dekat dengan Andalusia, maka terlihat hamparan kebun zaitun, kacang almond, anggur, dan kapas.
Buah tin juga ada, namun tidak ditanam di kebun. Ia tumbuh secara alami di pucuk pucuk bukit. Pohon kurma juga tumbuh dengan baik, setidaknya yang terlihat di sekitar gerbang masuk Kota Andalusia. Namun buah kurma di wilayah ini tidak bisa panen sebab kurang memperoleh cuaca panas. Buah kurma yang sejatinya siap panen menjadi rusak karena datangnya musim dingin.
Castilla-La Mancha
Sebelum masuk Andalusia, ada kota kecil yang menyisakan nestapa mendalam pada lintasan sejarah Muslim, yaitu Kota Castilla-La Mancha. Dulunya merupakan wilayah perbatasan antara kerajaan Kristen dan Muslim. Pada tahun 1212, terjadi Perang al-Iqab. Perang antara pasukan kerajaan al-Muwahhidun melawan tentara salib yang pulang dari Yerusalem.
Tentara salib yang kalah perang melawan Shalahuddin al-Ayyub, diperintahkan oleh Paus di Roma, untuk mundur ke Spanyol. Sebenarnya pasukan al-Muwahhidun dua kali lipat lebih banyak dari pada kekuatan tentara Kristen.
Dalam perang ini kaum Muslimin menderita kekalahan yang memilukan. Di sebuah bukit yang bernama Dispenia Peros (menurut bahasa setempat berarti tempat membuang anjing), mayat-mayat tentara Islam dilempar ke bawah jurang di area perbukitan tersebut. Sepuluh tahun setelah perang ini Andalusia secara keseluruhan jatuh ke tangan tentara Kristen, setelah kaum Muslimin berkuasa kurang lebih 800 tahun di wilayah tersebut.
Baca sambungan di halaman 2: Plaza Tempat Adu Banteng