Plaza Tempat Adu Banteng
Patung Don Kisot
Sisi lain dari sejarah Castilla la Mancha adalah Patung Don Kisot di Santa Ana. Yaitu tokoh fiktif dari salah satu novel karya Miguel de Cervantes. Novel ini diterbitkan dalam dua volume, pada 1605 dan 1615, dengan nama lengkap Sang Bangsawan Cerdik Don Kisote dari Mancha (bahasa Spanyol: El Ingenioso Hidalgo don Quixote de La Mancha). Don Kisote dianggap sebagai salah satu karya literatur dari Era Keemasan Spanyol dan kesusastraan Spanyol yang paling berpengaruh sepanjang masa.
Novel ini menceritakan petulangan-petulangan Don Kisote, yang juga dikenal sebagai ksatria dari La Mancha. seorang pahlawan yang mengemban spirit berkorban, yang pada babakan akhir hidupnya terjadi hal yang tidak diharapkan dan lucu.
Dengan novel ini Carvantes membuat potret yang alamiah dan mencolok tentang Don Kisote, tokoh yang penuh jiwa kepahlawanan. Ia digambarkan sebagai seseorang yang berjiwa luhur, dan mengagumi segala sesuatu yang baik dan agung. Meskipun memiliki semua sifat yang baik itu, kebetulan saja ia berwatak agak “gila”, yaitu rela mengorbankan kehidupannya untuk kebahagiaan orang lain, (Wikipedia)
Provinsi Jaen
Rombongan Rihlah Peradaban singgah di restoran milik imigran asal Maroko yang menyajikan makanan halal. Menunya sea food, olahan daging ayam dan sapi. Nama resto ini Khaima Park. Terletak di distrik Guaruman (dari bahasa Arab, wadi rumman atau lembah delima) Propinsi Jaen.
Menurut Yasin, tour leader yang memandu rombongan, Provinsi Jaen adalah tempat kelahiran ulama ahli bahasa Arab yang terkenal, yaitu Ibnu Malik al-Andalusi. Buku karangannya yang berjudul Alfiyah ibnu Malik, dipelajari di lembaga lembaga pendidikan keagamaan Islam seluruh dunia, terutama di Indonesia, dari dulu hingga sekarang. Menurut Ibnu Utsaimin, setelah al-Khalil bin Ahmad, Sibawaih, dan az-Zujaj, maestro bahasa Arab adalah Muhammad ibnu Malik, pengarang kitab Alfiyah Ibnu Malik.
Plaza de Toros
Plaza dalam bahasa Spanyol artinya lapangan atau alun-alun. Sedangkan toros artinya sapi (dari bahasa Arab, thaur). Plaza de Toros adalah stadium megah dan indah dengan arsitektur Arabic, tempat dilangsungkannya pertunjukan matador. Terletak di tengah Kota Madrid.
Matador adalah atlet penakluk banteng liar. Sedangkan toro adalah banteng liar itu sendiri. Pertandingan antara matador dan toro adalah budaya populer di Spanyol. Namun keberadaannya dikecam keras oleh aktivis lingkungan hidup semacam green peace dan organisasi organisasi pencinta binatang.
Dalam pertandingan ini ada penyiksaan yang kejam kepada banteng. Di balik kain merah yang dipegang matador terdapat pisau kecil yang runcing dan tajam. Setiap kali banteng menanduk maka saat itu juga pisau tadi ditusukkan ke arah banteng. Pada akhirnya banteng mati perlahan kehabisan darah. Penyebabnya adalah puluhan tusukan pisau tajam milik matador.
Daging banteng yang mati dalam acara matador harganya lebih mahal dari daging sapi biasa, sebab dagingnya berkualitas tinggi. Banteng liar untuk pertunjukan matador ini dipelihara secara khusus di wilayah antara Madrid hingga Cordoba. Banteng-banteng tersebut memperoleh nutrisi dan perlakuan khusus hingga layak dibawa ke lapangan Plaza de Toros. Tentu ini adalah praktik kezaliman dalam pandangan syariat Islam. Karena ada penyiksaan binatang dan praktik penyembelihan yang tidak syar’i. (*)
Menelusuri Jejak Peradaban Islam: Dari Madrid hingga Andalusia; Editor Mohammad Nurfatoni