Delapan Langkah Solutif
Pertama, berusahalah menyampaikan unek-unek kepada suami dengan cara yang baik.
Ini memang bukan perkara mudah, namun wajib diupayakan dengan semaksimal mungkin karena tidak mungkin sebuah masalah rumah tangga bisa dicari solusinya tanpa adanya komunikasi.
Minimal, tenangkan hati dulu sebelum menyampaikan. Dan, hindari bahasa yang tidak sopan atau menyinggung perasaan.
Kedua, jika cara pertama sudah ditempuh namun suami masih juga belum menunjukkan tanda-tanda empati, tunggulah dulu.
Sambil menunggu, berkomunikasi dengan diri sendiri. Istilahnya adalah self talking. Berilah apresiasi pada diri sendiri karena sudah berusaha. Ucapkanlah “makasih ya dear, kamu sudah berusaha menyampaikan. Stay strong, Allah bersamamu kok,”.
Jangan lupa, suami adalah orang padanya dititipkan segumpal daging yaitu hati.
Dan pemilik hati itu adalah Allah. Maka berkomunikasi jugalah dengan Allah. sampaikanlah saat ini masalahmu apa, keluh kesahmu apa, dan mintalah agar Allah melembutkan hati suami.
Minta, minta dan minta. Sampai Allah benar-benar kabulkan. Jangan mendahulukan kecewa jika usaha kita saja belum maksimal.
Ketiga, cobalah cerita pada orang lain yang kamu anggap tepat.
Meski tidak semua orang akan bisa memberikan solusi. Bagi perempuan, menceritakan masalahnya sudah merupakan 50 persen dari penyelesaian masalah. Minimal hati kita plong.
Nah, orang yang tepat ini adalah orang yang kamu sudah mengenalnya sebagai orang yang amanah (dapat dipercaya). Ia bukanlah orang yang suka mengumbar aibmu. Bahkan jika perlu, ia adalah orang yang memiliki pemahaman agama yang baik dan mendalam. Sehingga jika demikian, masalahmu tidak hanya ia dengarkan, tapi ia usahakan untuk mencari solusinya juga.
Minimal, orang yang ahli agama akan menenangkan hatimu dengan memberikan nasehat-nasehatnya berdasarkan petunjuk al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW.
فَسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
“Maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui.” (al-Anbiya’ ayat 7)
Keempat, ingatlah bahwa kekuatan kita sudah ditakar oleh Allah.
Dalam firman-Nya:
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya.” (al-Baqarah 286)
Kelima, perbanyak istighfar.
Rasulullah SAW bersabda:
“مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ؛ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ”
“Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” (HR. Ahmad dari Ibnu Abbas dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim serta Ahmad Syakir).
Baca sambungan di halaman 3: Jangan diupdate ke Medsos