PWMU.CO – Kalitidu, sebuah kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, tengah menyambut kebangkitan era industri migas Blok Cepu. Bojonegoro bagian barat yang sebelumnya dikenal sebagai daerah ‘elit’ (ekonomi sulit), kini beranjak menuju kawasan elite yang sesungguhnya.
Persyarikatan Muhammadiyah Bojonegoro bagian barat dengan cabang–cabangnya, cukup siap menyongsong era baru dampak positif ekonomi Blok Cepu. Salah satunya Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kalitidu yang telah mendirikan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) Kesehatan sejak 1992.
(Baca: Kala Haji Sudjak Dianggap Gila, Apakah RS Muhammadiyah Holding Company Juga Ide Gila?)
Sebagaimana watak khas pendirian AUM coming from behind-– tumbuh dari bawah—demi eksistensi Muhammadiyah di sebuah lokasi tanpa instruksi khusus dari atas apalagi bantuan pendanaan. Perlahan tapi pasti dari sebuah klinik sederhana itu saat ini beranjak menjadi rumah sakit type-C.
Rumah Ssakit Muhammadiyah (RSM) Kalitidu mulai berani melakukan terobosan–terobosan demi mengibarkan panji Persyarikatan melalui dakwah bil hal untuk meningkatkan mutu layanan kesehatan masyarakat. Tercatat sejak naik kelas dari klinik menjadi rumah sakit pada tahun 2011, RSM Kalitidu mendapatkan “perhatian” dari Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Salah satu “perhatian” yang diberikan adalah kewajiban menjalani audit laporan keuangan mulai tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2012 oleh Akuntan Publik yang ditunjuk MPKU PWM Jatim. Step by step setelah mengikuti program wajib audit dari MPKU PWM Jatim menjadikan RSM Kalitidu “tidak gagap” menjalankan prinsip manajemen yang sehat dalam operasionalnya.
(Baca juga: Lupakan Freeport karena Masih Banyak Perusahaan Energi yang Sahamnya Layak Dibeli Muhammadiyah)
Komitmen dalam menjalankan prinsip manajemen yang sehat menjadikan RSM Kalitidu bankable dengan mendapatkan pembiayaan dari bank syariah BUMN papan atas. Berbekal kepercayaan bank, pembenahan infrastruktur diprioritaskan untuk peremajaan alat kesehatan dan gedung utama.
Gedung utama yang berdiri sejak 1992 dirobohkan dan saat ini telah berubah dengan wajah baru 2 lantai. Penulis dalam kesempatan bersilaturahmi belum lama ini dengan stake holder RSM Kalitidu membaca aura yang antusias dalam menyongsong era baru.
Beberapa kemajuan saat ini antara lain telah mendapat perpanjangan akreditasi dan telah mengikuti program tax amnesty yang dianjurkan pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan.
(Baca juga: Menyambut Kebangkitan Baitul Tamwil Muhammadiyah, Ayo Belajar pada Grameen Bank Bangladesh)
Di balik semangat dan optimismenya, RSM Kalitidu tengah menghadapi persaingan dengan sebuah klinik swasta milik non-Muslim yang berdiri tidak jauh dari lokasi RSM Kalitidu. Klinik dengan dukungan pemodal non-pribumi tersebut mengingatkan penulis pada sosok jaringan RS Mitra Keluarga dan RS Siloam yang dikelola secara profesional dengan akumulasi modal investor lokal dan asing.
Sementara RSM Kalitidu “melawan” dengan mental “bonek” jajaran MPKU PCM yang militan, ciri khas assabiqunal awwalun pasukan babat alas PCM. Permodalan dari salah satu bank syariah BUMN didapatkan dengan mengandalkan personal garansi dan aset pribadi salah satu pengurus PCM. Garansi lain yaitu nama besar Persyarikatan Muhammadiyah.
(Baca juga: Menunggu Jamaah Muhammadiyah di Bursa Efek Indonesia)
Sudah saatnya Persyarikatan Muhammadiyah hadir bukan sekedar nama besarnya. Peran lebih strategis diharapkan kemampuannya menggalang potensi dana warga Persyarikatan dalam berinvestasi dari, oleh, dan untuk sebesar-besarnya Persyarikatan. Dalam hal keberadaan Jaringan Rumah Sakit Muhammadiyah/Aisyiyah di seluruh Indonesia diperlukan konsolidasi hati dalam rangka mewujudkan HOLDING COMPANY lebih besar daripada PT. Mitra Keluarga Karya Sehat, Tbk dan PT. Siloam International Hospital, Tbk. Dua emiten berkode MIKA dan SILO yang telah malang melintang di lantai Bursa Efek Indonesia.
Akankah Rumah Sakit Muhammadiyah/Aisyiyah di seluruh cabang dan daerah berjuang sendiri-sendiri menghadapi era baru Healthcare Industries? Akankah menjadi silent majority (mayoritas bisu) di tengah-tengah para pemodal asing mengolah dan menjarah potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia NKRI? Baca sambungan di halaman 2: Belajar pada Raja Salman ….