Zaman Islam Dikenal Kampung Toleran
Rombongan Rihlah Peradaban Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur berkesempatan untuk mengunjungi perkampungan yang dikenal sebagai tempat kelahiran Ibn Rushd, yakni Cordoba. Kunjungan dilakukan pada Senin (17/10/2022).
Selain mengunjungi destinasi utama di Andalusia, yakni Masjid Cordoba yang sekarang beralih fungsi menjadi gereja, rombongan Rihlah Peradaban juga menelusuri kampung-kampung di sekitar. Perkampungan di sekitar Masjid Cordoba memang kini banyak beralih fungsi menjadi pusat perdagangan. Hal itu dapat dimaklumi karena daerah ini memiliki sejarah hebat pada masa lalu. Karena itulah daerah ini menjadi pusat perhatian wisatawan dari berbagai negara.
Kota Cordoba merupakan salah satu dari delapan provinsi yang ada di daerah otonom Andalusia. Untuk memasuki pusat wisata di Masjid Cordoba, para pengunjung harus melewati sungai ternama di kota ini, yakni Wadal Kibr. Sungai Wadal Kibr memanjang dari provinsi Al-Jayn (kota asal Ibn Malik penulis Kitab Alfiyah) hingga lautan Atlantik. Dari sejumlah situs bersejarah, tampak sekali bahwa kota Cordoba pada masa lalu dikenal sebagai sangat toleran. Warga kota ini memang sangat majemuk dari segi agama dan paham keagamaan. Meski dekimikian, kehidupan keagamaan warga Kota Cordoba saling menghargai dan menghormati.
Kehidupan toleran warga Kota Cordoba tampak melalui proses awal masuknya Islam di daerah ini. Pasukan Muslim yang menaklukkan kota ini tidak pernah menghancurkan gereja-gereja yang ada. Yang dilakukan adalah menyewa atau membeli sebagian bangunan gereja untuk dialihfungsikan sebagai masjid. Pada saatnya, kekuasaan Islam semakin besar dan mampu membeli bangunan gereja yang menjadi simbol kejayaan Cordoba. Gereja di pusat Kota Cordoba pun semuanya berubah menjadi masjid. Masjid Cordoba ini tergolong sangat besar karena dapat menampung jamaah shalat hingga 30 ribu orang. Dapat dibayangkan betapa ramainya Kota Cordoba pada masa kejayaan pemerintahan Islam di Andalusia.
Tetapi saat ini, Masjid Cordoba sepenuhnya berubah menjadi gereja. Di beberapa sudut gereja tampak sekali masih tersisa tulisan-tulisan Arab. Tulisan-tulisan itu umumnya merupakan kutipan dari ayat-ayat al-Qur’an. Bagi para pengunjung, hal itu menunjukkan bahwa pada masa lalu, gereja ini merupakan masjid besar yang sepenuhnya dikuasai pemerintahan Islam. Peralihan fungsi masjid menjadi gereja terjadi seiring dengan beralihnya kekuasaan pemerintah Islam di Andalusia ke kerajaan Kristen.
Tinggal Kenangan
Kehidupan keagamaan yang toleran pada masa silam di Cordoba kini tinggal kenangan. Selama berabad-abad lamanya, agama Islam dilarang di Andalusia. Umat Islam dilarang menjalankan ibadah, mengumandangkan adzan, dan berpakaian hijab. Bahkan, bahasa Arab pun dilarang untuk digunakan di ruang publik. Masjid Cordoba dan situs-situs bersejarah yang ada di dalamnya kini sepenuhnya menjadi pusat ibadah penduduk Kristen.
Bagi umat Islam, kenyataan sejarah itu jelas sangat menyesakkan dada. Bangunan-bangunan eksotik dan bersejarah yang menjadi daya tarik wisatawan sebagian besar dibangun pada masa kejayaan Islam. Tetapi, bangunan-bangunan dengan arsitektur kuno yang menghasilkan pundi-pundi uang itu kini banyak dinikmati pemerintah Spanyol.
Yang juga menyedihkan adalah perubahan kehidupan keagamaan warga kota. Warga Kota Cordoba dulu tampak sangat majemuk dan toleran terhadap keragaman, termasuk agama-agama penduduk lokal. Tetapi kondisi terus berubah. Apalagi sejak masa inkuisisi, yakni, saat umat Islam diberikan pilihan: keluar dari Spanyol, memeluk Kristen, atau dibunuh.(*)
Editor Mohammad Nurfatoni