PWMU.CO– Pasar Kaget di SD Muhammadiyah 11 Surabaya (SD Muhlas) dibuka di halaman sekolah, Selasa (18/10/22).
Kegiatan tersebut diikuti oleh sekitar 116 siswa dari kelas III SD Muhlas. Pagi itu siswa hilir mudik membawa barang dagangan ditata di atas meja. Ada aneka makanan, minuman, jajanan, dan aksesoris.
Setelah semua siap, bel masuk sekolah berbunyi. Semua siswa memasuki ruang kelas. Mulai dengan berdoa dan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Sang Surya di kelas masing-masing. Lalu shalat Dhuha berjamaah di aula.
Koordinator Jenjang (Korjen) kelas III, Ustadzah Irma Dwi Rahmawati SSi mengumumkan lewat pengeras suara supaya siswa kelas III menuju stannya. Pasar Kaget dibuka dengan membaca basmalah.
Ketika siswa kelas IV-VI istirahat segera berhamburan ke halaman. Pembelipun bertumpah ruah meramaikan pasar. Sesekali terdengar riuh teriakan siswa kelas III yang menjajakan dagangannya.
”Ayo… Ayo.. dibeli, dibeli murah meriah.”
Ada pula yang menawarkan ke guru. ”Ayo Ustada, Ustadzah diborong. Minuman dingin, minuman menyegarkan…”
Siswa yang membuka stan Anindya Zhafira menyampaikan ke PWMU.CO, senang sekali bisa berjualan. Banyak uang yang didapat. ”Juga bisa belajar matematika tentang pengurangan saat kembalian uang,” ujarnya.
Barang jualan Anindya banyak yang laku. Ada ustadzah yang memborong pisang coklat dan puding dot.
Di tempat terpisah wali murid Bunda Aljabar Rafliansyah mengutarakan, sangat senang dengan kegiatan di SD Muhlas ini. Anak-anak menerapkan pembelajaran berhitung secara langsung.
5 Unsur
Di sela kegiatan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Ustadz Fathanur Rosid SPd menjelaskan, Pasar Kaget hari itu giliran kelas III sebagai pedagang dan siswa kelas I-VI menjadi pembelinya ditambah guru-karyawan.
Ini kegiatan edukasi siswa dengan pembelajaran penjumlahan dan pengurangan dalam menggunakan mata uang rupiah, yaitu kegiatan jual beli.
Ustadz Ocid, panggilan akrabnya, berharap acara ini memberi motivasi kepada guru untuk melaksanakan pembelajaran yang mengandung 5 unsur. Pertama, guru memberikan fasilitas belajar secara langsung tentang materi penjumlahan dan pengurangan nilai mata uang.
Kedua, kolaboratif diwujudkan anak belajar dalam kelompok dan guru bekerja sama dengan wali murid. Ketiga, inovatif. Pembelajaran tidak monoton di dalam kelas. Bisa di alam terbuka,
Keempat, mandiri. Anak-anak berusaha mengelola dan menata sendiri barang yang diperjual-belikan. Kelima, reflektif. Siswa belajar menghitung untung rugi atau menganalisis sederhana barang mana yang paling laku.
Penulis Muriyono Editor Sugeng Purwanto