Dari Katedral Kembali Jadi Katedral
Masjid Cordoba yang ditetapkan oleh Unesco sebagai warisan budaya dunia pada 15 Desember 1994 ini, ternyata bermula dari katedral, yang dibangun oleh bangsa Visigoth.
Saat Andalusia dikuasai oleh Muslim, gereja Katolik ini dibagi dua. Sebagian menjadi masjid untuk ibadah kaum Muslim dan sebagian lain adalah gereja untuk kaum Katolik. Setiap kekhalifahan yang memperluas wilayah masjid, dari hasil membeli lahan katedral tersebut.
Ketika kekhalifahan Islam jatuh di Andalusia, maka masjid dikembalikan fungsinya sebagai katedral. Masjid Cordoba direbut oleh Raja Ferdinand III dan diberi nama La Mesquita.
Masjid Cordoba sebagian bangunannya diganti atau ditambahkan. Seperti misalnya, menara untuk adzan ditambahkan lonceng. Dari 900 pilar masjid tersisa 856 karena adanya perombakan tersebut.
Suasana katedral memang terkesan kental sekali. Banyak patung Yesus, Bunda Maria, kursi-kursi untuk jamaah Katolik melakukan misa, alunan musik untuk misa, bunyi lonceng, dan sebagainya.
Kaligrafi dalam La Mesquita
Alhamdulillah Allah tetap menunjukkan kebesaran-Nya. Ukiran kaligrafi ayat-ayat Allah yang berada di atas mihrab dan atap masjid masih utuh. Walaupun sudah di tangan kaum Katolik, ayat-ayat Allah tetap terjaga.
Bila mencari referensi, mungkin sulit untuk menemukannya. Kaligrafi yang terbuat dari emas itu sebenarnya nukilan ayat berapa dari al-Quran. Dari Pak Yasin, tour leader Rihlah Peradaban PWM Jatim itu, kaligrafi merupakan ayat-ayat Surat Al-Fatihah dan Ali Imran.
Perlu dipastikan lagi dari berbagai sumber yang ada, mengapa Sultan mengabadikannya di masjid. Namun bila memahami arti dari ayat-ayat surat tersebut, sang khalifah ingin mendakwahkan tentang ketauhidan kepada Allah SWT.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۙ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ
”Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).”
Semoga jejak sejarah Masjid Cordoba ini dapat menjadikan pelajaran bagi kita. Walau tidak ada masjid, Islam tetap harus ada di muka bumi. Hingga bagaimana kaum Muslim bisa terus memperjuangkan ketauhidan di Andalusia, Spanyol.
Takjub sekaligus sedih, menjadikan kita selalu berdoa kepada Allah. Saudara-saudara muslim di daratan Eropa ini dikuatkan Allah untuk berdakwah dan menyebarkan Islam yang pernah jaya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni