![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2022/10/29230513_allah_c_c.jpg?resize=728%2C529&ssl=1)
Allah Tertawa
Allah tertawa berarti Allah senang melihat hamba-Nya yang berputus asa karena ia sadar bahwa ia lemah tidak berdaya sama sekali, sehingga dengan kesadaran itu ia memaksa diri untuk membutuhkan pertolongan. Hal ini berarti seorang hamba itu masih meyakini bahwa ada Dzat Yang Maha Sempurna yang pasti dapat memberikan pertolongan kepadanya.
Allah bangga terhadap hamba yang masih selalu menggantungkan dirinya kepada-Nya dalam keadaan berputus asa, dengan kapasitas dirinya yang sebenarnya tidak dimilikinya. Sebagaimana penjelasan dalam dua ayat berikut ini.
فَإِذَآ أَصَابَ بِهِۦ مَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦٓ إِذَا هُمۡ يَسۡتَبۡشِرُونَ. وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلِ أَن يُنَزَّلَ عَلَيۡهِم مِّن قَبۡلِهِۦ لَمُبۡلِسِينَ .
maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. Dan Sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa. (ar-Rum 48-48)
Dalam ayat di atas mereka sempat berputus asa untuk berharap hujan, akan tetapi di tengah keputus-asaannya itu mereka sebagai orang yang beriman tetap selalu berharap kepada Allah Subahanahu wa Ta’ala.
Batasan Putus Asa
Dengan demikian ayat yang menjelaskan dilarang berputus asa adalah benar-benar berputus asa tanpa lagi ada harapan sedikit pun. Bahkan sikap putus asanya itu kemudian dibalik menjadi ber-suudhdhan kepada Allah, inilah yang sangat dilarang. Inilah yang dipesankan nabi Ya’kub kepada putra-putranya.
يَٰبَنِيَّ ٱذۡهَبُواْ فَتَحَسَّسُواْ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَاْيۡئسُواْ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ لَا يَاْيۡئسُ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ ٨٧
“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” (Yusuf: 87)
Dalam hal ini juga menjadi dorongan dan motivasi kepada setiap hamba agar terus berupaya atau berikhtiar dengan seluruh kemampuannya baik secara lahir dan batin dan sekaligus bertawakal kepada Allah secara penuh, dan memang demikianlah sikap seorang hamba kepada Tuhannya.
Seorang Mukmin pantang menyerah dan berputus asa, lalu melakukan tindakan yang dilandasi frustasi, karena dampak demikian tidak akan menjadikan ia bahagia di dunia sampai di akhirat malah sebaliknya. Seorang Mukmin selalu dan selalu membangun persepsi yang positif kepada Allah sehingga selalu memiliki jiwa tawakal kepada Allah secara sempurna, maka ia akan mendapatkan sesuatu yang sebelumnya ia tidak menduganya.
ذَٰلِكُمۡ يُوعَظُ بِهِۦ مَن كَانَ يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَيۡءٖ قَدۡرٗا
“Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (ath-Thalaq: 2-3)
Editor Mohammad Nurfatoni
Ketika Allah Tertawa adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 4 Tahun XXVII, 21 Oktober 2022/25 Rabaul Awal 1444
Discussion about this post