PWMU.CO– Tiga materi paling penting di muktamar disampaikan oleh Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr H Agung Danarto MAg pada Pengajian Ahad Pagi Sang Pencerah PDM Kota Surabaya di Smamda Tower Jl. Pucang Adi Surabaya, Ahad (23/10/2022).
Pengajian mengusung tema Muktamar Muhammadiyah ke-48 untuk Indonesia Berkemajuan dan Berperadaban. Pengajian diikuti warga persyarikatan Surabaya. PCM Ngagel sebagai tuan rumah.
Agung menjelaskan, materi muktamar sudah disiapkan sejak pra muktamar hingga nanti pembahasan mulai 5 November. ”Sebenarnya muktamar kita tidak singkat. Acara di Solo memang hanya dua hari. Tapi plenonya sudah dimulai 5 November 2022,” katanya.
”Materi muktamar paling penting ada tiga. Yakni risalah Islam berkemajuan, program kerja ke depan, dan isu kemanusiaan global,” kata Agung Danarto.
Agung lantas mengupas satu di antara tiga materi paling penting di muktamar adalah risalah Islam berkemajuan. Risalah Islam berkemajuan yang sudah dijalankan selama ini diharapkan mampu berimbas bagi kehidupan beragama bangsa dan bernegara.
”Umat Islam mendorong siapapun pemimpin nasional agar istiqamah di jalan yang lurus. Jujur, adil, dan membawa bangsa Indonesia maju,” katanya.
Risalah Islam berkemajuan, dia menerangkan, akan mengokohkan apa yang selama ini sudah jalan. Yakni dakwah. ”Kita tidak boleh berhenti berdakwah karena Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah,” terang pria asli Kulonprogo itu.
Kemudian tajdid, yakni gerakan pembaharuan tidak boleh berhenti. Muhammadiyah terus melakukan riset dan inovasi dalam menghadapi perkembangan zaman. Salah satu ciri gerakan tadjid selalu berfastbihul khairat. Berlomba berbuat baik dan menjadi yang terbaik.
”Muhammadiyah menggerakkan tasawuf positif. Memandang kehidupan dunia hanya permainan dan senda gurau. Tapi Muhammadiyah memandang taqarub mendekati Allah. Semua yang kita lakukan untuk Allah. Tidak terjebak di kehidupan duniawi. Tapi mau ikut bahkan memainkan dinamika kehidupan. Hidup bermanfaat,” ujarnya.
Orang Muhammadiyah, sambung dia, cirinya kerja semangat, mengejar harta, mencari dunia dan ketika berhasil tidak dipakai untuk dirinya sendiri tapi dipakai untuk umat bangsa dan negara.
Diterangkan, Muhammadiyah mengidolakan sahabat Nabi yang menghabiskan harta, tenaga, dan waktunya untuk kehidupan umat.
”Abu Bakar, Umar, Usman, Ali. Harta dan waktunya habis untuk melayani masyarakat, untuk dakwah. Abdurrahman bin Auf menghabiskan hartanya untuk dakwah. Mereka tidak tahan kalau hartanya diam tak bermakna. Mereka tak tahan kalau waktunya tak berguna untuk kemaslahatan umat,” kata dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu.
Penulis Mulyanto Editor Sugeng Purwanto