PWMU.CO – Hati-Hati Membranding Sekolah, Bisa Blunder bagi Marketing. Marketing dan branding kembali menjadi topik menarik di lingkungan sekolah Muhammadiyah. Di era disruptif seperti saat ini, persaingan sekolah untuk memperoleh perhatian publik harus dilakukan langkah kreatif mengikuti perkembangan teknologi informasi.
Namun demikian, tidak semua strategi yang sukses dilakukan oleh sebuah sekolah akan sukses pula diterapkan di sekolah lain.
Demikian salah satu pandangan yang mengemuka ketika dua pakar komunikasi menjadi narasumber di Muhammadiyah Teachers Forum Summit (MTFS) di Surabaya, Ahad (23/10/2022).
Kaprodi Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nasrullah dan dosen Komunikasi Universitas Airlangga Suko Widodo menjadi narasumber diskusi. Diikuti lebih 200 peserta guru SMA Muhammadiyah se-Indonesia acara ini dipandu moderator Sudarusman, Kepala SMA Muhammadiyah 10 Surabaya.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Forum Guru Muhammadiyah (FGM), M Pahri mengatakan urgensi mengangkat strategi marketing mengingat tantangan sekolah swasta tak hanya soal kualitas. “Para guru harus bisa membaca pasar dan secara kreatif menjadikannya sebagai bagian dari strategi marketing,” ungkapnya.
Membanggun Kebanggaan Sekolah
Nasrullah mengemukakan tidak hanya marketing, sekolah harus melakukan branding secara cerdas. Jika marketing dilakukan untuk kepentingan jangka pendek yang menghasilkan respon dan penjualan, maka branding lebih berjangka panjang untuk membangun kesetiaan dan menarik emosi.
“Tugas sekolah adalah bagaimana membangun kebanggaan publik internal sekaligus kekaguman bagi publik eksternal. Jika guru dan murid sudah bangga dengan sekolahnya, dan orang luar terkagum-kagum memandang kita, maka di situ tugas branding telah berjalan,” terang Nasrullah yang juga founder Center of Excellent School of Creative Digital Communication UMM ini.
Brand yang kuat akan memunculkan loyalitas, dengan demikian lebih mudah untuk melakukan marketing. Untuk itu, lanjut Nasrullah, sekolah harus kreatif menemukan differentiation dan positioning untuk menentukan segmentasi yang akurat.
“Salah satu caranya adalah melakukukan social media monitoring dan social listening,” tambahnya.
Di era digital sekarang pemanfaatan media sosial menjadi keniscayaan. Namun saran Nasrullah harus tetap berhati-hati memilih strategi bermedsos. Dengan komunikasi yang unik dan menarik akan dapat branding lebih mudah. Namun jika salah, justru akan menjadi blunder bagi sekolah.
Baca sambungan di halaman 2: Membaca Anak Muda