Dana Abadi
Gagasan yang disampaikan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Muhadjir Effendy Map saat mengisi materi pada MTFS FGM SMA-MA se-Indonesia di Surabaya tentang dana abadi pendidikan kiranya dapat ditindaklanjuti. Dana yang sudah terkumpul kurang lebih Rp 2 miliar di PP Muhammadiyah saat ini, dapat ditingkatkan minimal sampai dengan Rp 50 miliar.
Sekolah Muhammadiyah yang besar dengan semangat berbagi dan bersinergi dalam penghimpunan dan pengumpulan dana abadi ini bukanlah sesuatu yang sulit. Suatu misal dari 3.334 sekolah Muhammadiyah, sepuluh persen di antara mereka adalah sekolah besar, maka akan ketemu angka 330 sekolah. Jika masing-masing sekolah berbagi Rp 152 juta maka akan terkumpul dana Rp 50 miliar.
Dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagi kesejahteraan pada guru dan karyawan sekolah Muhammadiyah—yang karena keterbatasannya—tidak mampu membayar gaji guru dan karyawannya. Selain hal tersebut, juga dapat digunakan sebagai dana bergulir dalam pengadaan sarana dan pembangunan gedung sekolah Muhammadiyah.
Agar berhati-hati dan ada rasa tanggung jawab, sekolah Muhammadiyah yang memanfaatkan dana bergulir tersebut, tetap berkewajiban untuk mengembalikan secara bertahap sesuai dengan skema pembayarannya.
Di era disruptif ini, pola pandang dan cara kerja yang sempit, lokal, dan kedaerahan dari stakeholder persyarikatan Muhammadiyah—mulai dari ranting, cabang, daerah, wilayah, dan pusat—sudah harus ditanggalkan dan direvitalisasi sebagaimana dalam amanah RPJM pendidikan dasar dan menengah Muhammadiyah. Muhammadiyah adalah organisasi besar dan modern, maka perlu kita untuk bermimpi besar, berpikir besar dan berkarya besar.
Sinergi dan kolaborasi adalah kata kunci untuk menyelesaikan persoalan yang berkembang di sekolah Muhammadiyah. Ada 85 persen dari 3.334 di antaranya berada pada zona sekolah menengah dan zona sekolah kecil.
Mereka harus didorong untuk naik kelas menjadi sekolah besar. Bila kita bersama-sama, bergandengtangan dan saling berbagi di antara sekolah Muhammadiyah dan persyarikatan, maka yang berat menjadi ringan, yang sulit menjadi mudah dan yang kecil menjadi sekolah Muhammadiyah yang besar. Insyaallah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni