PWMU.CO – Ketua Majelis hukum dan HAM Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Saiful Bahri mengatakan ideologi komunisme dalam perspektif sosialisme dengan ideologi kapitalisme individualistis masih bertengger dalam kekuatan dunia saat ini. Akan tetapi, wajah dan baju dari dua ideologi besar ini sudah berubah.
Prof Saiful menjelesakan bahwa sosialisme-komunisme yang dianut oleh Vladimir Lenin dari paham Marxisme pada masa lalu sudah berubah dengan adanya semangat yang kuat terhadap kapitalisme. Sebaliknya, kapitalisme yang didukung oleh Amerika Serikat juga ternyata sudah hancur berantakan dalam perspektif ekonomi. Karena negara adikuasa tersebut tidak mampu menjaga persaingan global.
(Baca: TNI AD Ungkap Tanda-Tanda Kebangkitan Komunis di Hadapan Siswa Muhammadiyah)
”Pada waktu kuat-kuatnya dua ideologi ini, Indonesia mengambil posisi yang paling di tengah-tengah. Karena Presiden Indonesia pada waktu itu masih suka dengan sosialisme dan anti-liberalisme. Soekarno saat itu lebih dekat dengan sosialisme,” terangnya dalam Diskusi Publik Majelis Hukum dan HAM PWM Jawa Timur di Aula Mas Mansyur Jalan Kertomenanggal VI Surabaya, Sabtu (4/3) lalu.
Prof Saiful dengan tegas mengungkapkan makna sosialisme yang dianut oleh Soekarno pada waktu itu, yakni jika dicermati makna sosialisme itu adalah Islam. ”Sesungguhnya kalau kita lihat sosialisme yang dimaksud Soekarno itu ya Islam. Karena Islam itu adalah sebuah madhab dan sebuah agama yang lebih dekat dengan sosialisme,” paparnya.
Komunisme yang kita pahami sebagai aliran pada masa-masa itu, lanjut Prof Saiful berkembang dari pikiran tokohnya yang terkenal, yakni Lenin yang menganut paham Marxisme dengan pikiran terkenalnya yang menyatakan ‘agama adalah sebuah candu’.
(Baca juga: Antisipasi Proxy War, TNI Bertamu ke Muhammadiyah Malang)
”Jadi dari pikiran itu, maka orang tidak boleh beragama. Jangan beragama karena itu adalah candu. Itu adalah Marxisme. Dulu boleh berfikiran seperti itu, kalau sekarang kan tidak boleh lagi berpikir tentang itu setelah adanya undang-undang tahun 2000 pada masa Presiden Habibie,” jelasnya.
Di dunia saat ini, Prof Saiful mengungkapkan jumlah orang Atheis itu banyak sekali. Jika diprosentase, maka penganut agama Kristen itu berkisar 32 persen dari total seluruh penduduk dunia. Sementara pemeluk agama Islam hanya sekitar 22 persen. Sisanya itu adalah agama-agama kecil ditambah dengan Atheis.
(Baca ini juga:Ternyata KOKAM Berperan Penting Mengawal Reformasi Indonesia)
”Jadi Atheis atau orang yang tidak beragama itu masih eksis. Itulah yang membuat pikiran-pikiran yang menyatakan bahwa agama adalah candu sekarang muncul lagi,” tegasnya.
Dengan tegas Prof Saiful pun menyebut Kebangkitan Partai Komunisme Indonesia (PKI) itu sebagai ‘Hantu Komunisme’. ”Karena disebut hantu, maka ia ada dan tidak ada. Orang Muhammadiyah juga tidak percaya pada hantu, tapi yang lainnya percaya pada hantu. Jadi hantu komunisme ini tidak beralasan, tetapi dapat dirasakan. Namanya juga hantu dapat dirasakan. Itulah sebuah ketakutan yang tidak hidup di alam nyata,” tandasnya.(aan)