PWMU.CO– Belajar batik diikuti siswa kelas 10 SMA Muhammadiyah 2 Surabaya menuju Nganjuk, Kamis (20/10/2022).
Ini agenda tahunan Field Trip Study Activities (FISA) Smamda Surabaya, sebutan populer SMA Muhammadiyah 2 Surabaya. Sebanyak 361 siswa mengikuti acara ini.
Selama pandemi Covid dua tahun, FISA dilaksanakan secara daring. Tahun ini kembali melaksanakan secara luring. Acara mengusung tema Berpikir Lokal Berdaya Saing Global.
Belajar batik ini bekerja sama dengan Galeri Sarikat Kekean bertempat di Jl. Citandui, Begadung, Nganjuk.
FISA yang berfokus pada batik kali ini sebagai aplikasi dari pembelajaran P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dalam Kurikulum Merdeka.
Kedatangan siswa Smamda Surabaya disambut oleh pemilik Galeri Sarikat Kekean, Ahmad Nurhasim Hamada yang akrab dipanggil Mas Aam. Dia mengajari membatik, menjelaskan jenis batik, dan strategi pemasaran.
Acara pertama, Mas Aam menjelaskan batik dan usahanya. ”Batik paling bagus dibuat dari kain katun. Dilihat dari cara pembuatannya ada kasta batik yaitu batik printing, cap, dan batik tulis,” katanya.
Kasta itu juga menentukan harga. Paling murah batik printing. Batik cap sekitar Rp 175 ribu. Batik tulis biasa mulai Rp 350 ribu. Batik termahal di Galeri Sarikat Kekean Rp 75 juta.
Motif Batik
Ahmad Nurhasim Hamada juga menjelaskan, warna motif pada batik tulis tembus sampai ke belakang, sehingga bagian luar dan dalam terlihat jelas motifnya.
”Batin cap identik dengan warna motif pada kain umumnya. Bagian depan lebih cerah atau pekat, sementara warna kain bagian belakang lebih tipis. Sementara batik printing motif warna hanya di luar,” ujarnya.
Tapi dia menambahkan, motif batik printing punya keunggulan. Motifnya lebih rapi dibanding batik cap maupun tulis karena dibuat menggunakan mesin.
”Batik tulis cara pembuatan pola batiknya menggunakan canting, sedangkan batik cap menggunakan cap atau stempel yang sudah ada pola batiknya,” tuturnya.
Kemudian dia menerangkan motif batik kraton cenderung berwarna kalem seperti sogan, coklat. Lebih mengutamakan pada esensi motif, kesederhanaan.
Sedangkan batik pesisiran merupakan batik yang berwarna ngejreng. lebih ekspresif. Misal batik jambi, bekulu, jakarta, indramayu, madura dan bali.
Ahmad Nurhasim Hamada menjelaskan, perilaku konsumen merupakan hal utama membangun bisnis. ”Perlunya memahami perilaku konsumen, dengan demikian akan bisa dijadikan sebagai peluang bisnis,” katanya.
Dijelaskan, cara melihat peluang pasarnya dengan analisis dan memahami memahami perilaku konsumen kemudian menyesuaikan dengan jenjs batik yang akan dipasarkan
Praktik Membatik
Acara kedua, praktik membatik. Siswa dibagi dua kelompok. Di sesi ini siswa diajarkan seluruh rangkaian proses membatik. Mulai cara mencanting, mencelupkan pada cairan pewarna, menjemur hingga kering, dan memasukkan pada larutan HCl. Diakhiri dengan memasukkan dalam air mendidih kemudian dijemur.
Memegang canting menjadi pengalaman pertama sebagian besar siswa. Canting itu alat tulis berisi lilin cair untuk digoreskan pada pola batik di kain. Fungsi lilin untuk menutup kain yang bebas pewarnaan.
”Senang bisa belajar membatik dan mengetahui teknik dan keindahan berbagai macam motif batik kekayaan khasanah nusantara,” kata Cynda Naila Surya Ramadhaniar, siswi kelas 10.
Komentar sama disampaikan Rayhan Achmad Nur Fauzan. Meskipun membatik bukan pengalaman pertama baginya, dia merasa bernostalgia semasa sekolah dasar dulu. ”Ini pengalaman kedua. Bikin nostalgia waktu membatik di SD,” ujarnya.
Batik yang telah selesai dibuat menjadi oleh-oleh setiap siswa kembali ke Surabaya. Juga sebagai salah satu penilaian pembelajaran P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) di sekolah.
Siswa-siswi sangat senang membawa buah tangan yang mereka buat sendiri dalam bentuk karya batik. Tak hanya oleh-oleh kain batik, tapi juga pengetahuan budaya.
”Mari kita melestarikan batik sebagai warisan budaya nenek moyang yang sangat kita banggakan,” tandas Cynda Naila Surya Ramadhaniar.
Penulis Eka Haris Prastiwi Editor Sugeng Purwanto