Figur ‘Keluar-Masuk’ Istana
Sebagai gerakan yang memuliakan manusia tanpa membedakan jenis kelamin, Prof Din menilai patut kiranya tokoh-tokoh perempuan baik dari Aisyiah maupun Nasyiatul Aisyiah juga dipertimbangkan masuk ke jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
“Semuanya kembali pada 2500-an peserta Muktamar dengan harapan mereka memilih dengan hati nurani dan akal pikiran jernih, mengedepankan kepentingan dan kemajuan organisasi pada masa mendatang,” terangnya.
“Kita berharap dan berdoa semoga Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiah di Solo, 19-20 November 2022 nanti, bersamaan dengan Milad 110 Muhammadiyah, menjadi Muktamar teladan: lancar, elegan, bermutu, dan bermartabat,” tambahnya.
Untuk itu, dia mengimbau, segenap muktamirun dan muktamirat harus mencegah dan berdaya tahan terhadap kemungkinan intervensi pihak manapun yang acapkali berusaha mempengaruhi muktamar organisasi kemasyarakatan. Dia menegaskan, “Kalau itu terjadi, maka warga Muhammadiyah sudah sangat matang, dewasa, dan mandiri untuk mencegah bahkan mengusirnya.”
Prof Din menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan Prof Amien Rais yang mengimbau muktamirun tidak memilih orang yang suka masuk-keluar istana. Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAP) itu menyatakan baik-baik saja jika ada calon Ketua Umum PP Muhammadiyah masuk-keluar istana.
“Asalkan datang untuk beramar makruf dan bernahi mungkar, yaitu dia tidak mau taat dan patuh kepada pemimpin zalim dan ja-ir,” tegasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN