Landasan Qurani
Prof Mu’ti lanjut mengisahkan, ketika KH Ahmad Dahlan memberi kesempatan kepada Kiai Soedja’ untuk menjelaskan alasan mendirikan tiga amal usaha itu, Kiai Soedja’ menyampaikan, “Banyak orang beragama lain tidak punya landasan kitab suci untuk memberikan layanan sosial dan kesehatan.”
“Sedangkan kita, yang punya al-Quran dan al-Quran itu memerintahkan untuk memberikan layanan sosial, mengapa kita tidak melakukan dan memiliki layanan sosial sebagaimana yang saya sampaikan tadi?” sambungnya.
Bahkan, kata Prof Mu’ti, Kiai Soedja mengutip syair Arab yang artinya, “Dia lelaki, aku juga lelaki.” Prof Mu’ti pun memunculkan tabiat lucunya, “Kalau dalam lagu dangdut, aku juga punya cinta, dia pun sama. Tapi jangan jadi karaoke dalam kesempatan ini.” Gerrr hadirin menyeruak.
Dari kisah itu, Prof Mu’ti menekankan, landasan pendirian amal usaha kesehatan itu landasan Qurani. “Quran yang dipahami secara konstruktif dan kreatif. Tidak ada perintah Quran untuk mendirikan rumah sakit, sekolah, atau panti asuhan. Tapi secara implisit ketika Quran memerintahkan kita untuk tidak menelantarkan anak yatim itu memberi pesan kita harus menciptakan sesuatu untuk menjawab pesan Quran itu,” terangnya.
Di sinilah, menurutnya, pemahaman konstruktif dan kreatif atas ayat al-Quran sangat penting agar al-Quran tidak sekadar menjadi bacaan yang dihafalkan di luar kepala. Akhirnya dia menekankan pentingnya spiritualisasi al-Quran.
“Memang membaca al-Quran saja ibadah, tapi kita tidak boleh berhenti sampai di situ karena Quran tidak sekadar untuk dibaca, tapi juga sebagai petunjuk. Sehingga petunjuk itu harus kita pahami dan amalkan,” imbuhnya.
Menurutnya, yang membedakan antara Muhammadiyah dengan gerakan Islam lainnya ialah bagaimana al-Quran tidak hanya sebagai petunjuk untuk hidup tapi petunjuk yang senantiasa hidup, sehingga ada pemahaman konstruktif dan kreatif.
“Di tangan Muhammadiyah Quran menjadi petunjuk yang menggerakkan dan melahirkan berbagai layanan-layanan sosial keagamaan yang kita sekarang menyaksikan perkembangannya menjadi yang terbesar di antara ormas di tanah air kita ini,” imbuhnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, ketika orang bicara Muhammadiyah, mereka bicara rumah sakit. Dia juga mengungkap kini Muhammadiyah punya 118 rumah sakit, belum termasuk klinik lainnya. (*)