Pimpinan dari para Ahli
Sementara itu, Ketua PP Muhammadiyah Dr Anwar Abbas mengatakan, jajaran struktural Muhammadiyah harus diisi oleh para ahli yang berasal dari beragam latar belakang. Misalnya dari agamawan, politisi, pengusaha, jurnalis, akademisi, profesional, budayawan, tentara, dan penegak hukum.
Lalu mereka dirajut dalam sistem kolektif kolegial. Kader-kader berkualitas yang tidak terpilih dalam suksesi kepemimpinan Muhammadiyah, seharusnya tidak disingkirkan. Seandainya tidak tertampung di satu majelis, bisa dibuatkan majelis yang lain.
“Politik kita itu merangkul bukan memukul. Semua kita ajak. Banyak sekali senior dan berpengalaman tidak terpilih. Mereka bingung. Sementara mereka potensial. Organisasi akan rugi karena potensi mereka tidak termanfaatkan. Jadi ayo kita kembangkan kebersamaan dan tak ada yang terbuang. Kalau tidak terpilih, masih banyak tempat yang bisa diisi,” tuturnya.
“Ada ayat dalam al-Qur’an: Berpegang teguhlah kamu kepada tali Allah dan jangan terpecah belah. Tidak boleh benci-membenci dan menghina di antara kita. Tidak ada saling menyingkirkan. Semua harus kita libatkan. Sehingga akhirnya Muhammadiyah ini kita bekerja secara bersama-sama. Dan kalau itu bisa dilakukan, dahsyat sekali,” sambungnya.
Sedangkan, kepemimpinan Muhammadiyah sekarang didominasi agamawan dan pendidik. “Padahal organisasi ini memiliki banyak kader potensial yang ada di berbagai macam bidang. Mereka belum sepenuhnya dilibatkan dalam organisasi, terutama para pengusaha,” tuturnya.
Lalu bagaimana meramu potensi-potensi tersebut untuk menjadi sebuah kepemimpinan yang ideal? Selengkapnya baca di majalah Matan edisi November 2022. Info pemesanan, hubungi: Okie Indiarto 08813109662. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni