PWMU.CO – Sidang Pleno I Muktamar ke-48 Muhammadiyah dengan agenda Tanggapan Materi Muktamar sesi pertama dipandu Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dahlan Rais dan Hajriyanto Y Thohari secara online, Sabtu (5/11/2022).
Usai tanggapan dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Papua, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Timur, tiba giliran PWM Jatim memberikan tanggapan. Tanggapan disampaikan Ketua PWM Jatim Dr M Saad Ibrahim MA.
Saad Ibrahim memaparkan, pertama, Muhammadiyah Jatim menerima sepenuh-penuhnya seluruh materi yang telah disiapkan oleh PP Muhammadiyah sebagai tanda takzim kepada pimpinan pusat.
”Kedua, kalau toh ada catatan-catatan kecil maka harap dibaca sebagai catatan kecil saja,” ujarnya disambut gerrr peserta muktamar se-Jatim yang memenuhi Aula Mas Mansur Gedung Muhammadiyah Jatim.
Ketiga, lanjutnya, tanda masyarakat berkemajuan itu adalah menjaga efektivitas dan efisiensi. ”Oleh karena materinya sudah tertulis di sini, maka nanti tanggapan akan kami kirimkan langsung ke PP Muhammadiyah,” ungkapnya.
Islam Berkemajuan
Keempat, ada beberapa point yang belum tercatat di sini, maka perlu saya sampaikan secara lisan. Mengenai Islam berkemajuan, maknanya ada sisi lain berkemajuan yang Islami.
”Mana di antara dua hal itu yang penting. Hemat saya, ketika kita berbicara Islam berkemajuan dalam konteks Muhammadiyah, maka sebenarnya kita hanya memberikan semacam legalisasi secara resmi bahwa ini telah terjadi di Muhammadiyah,” jelasnya.
Jadi ini sebuah deklir (declare) terhadap sesuatu yang sudah lama dilakukan sejak KH Ahmad Dahlan sampai sekarang. ”Tentu Islam yang berkemajuan ini punya dasar-dasar. Sekali lagi Islam yang berkemajuan, belum bicara kemajuan yang Islami,” imbuhnya.
Islam yang berkemajuan, sambungnya, pertama bahwa agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad itu Islam yang bersifat universal, sepanjang waktu. Perjalanan manusia dalam konteks kemodernan itu, semakin hari semakin modern. Maknanya berkemajuan itu menjadi bagian integral dari universalitas dari Islam itu sendiri.
”Kedua, nash-nash al-Quran juga banyak berbicara mengenai ini. Bagian vital dari berkemajuan itu adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan al-Quran banyak bicara tentang ini, yang baru 1000 tahun berikutnya atau lebih atau kurang baru terwujud,” terangnya.
Ketiga, bahwa antum a’lamu bi umuri dunyakum (kalian lebih mengerti dengan urusan dunia kalian), itu juga menjadi bagian penting untuk kita membangun Islam berkemajuan.
“Nah mana yang lebih penting kita bicara tentang ini. Sesuatu yang sudah terjadi di Muhammadiyah atau kita bicara mengenai kemajuan yang Islami,” ungkapnya.
Iqra bismi rabikalladzi khalaq, menurutnya, adalah konteks memberikan dimensi Islam dalam dunia literasi, salah satu simbol dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
”Maka kalau di Muktamar ini belum dikaji itu semuanya, moga-moga ke depan muktamar-muktamar berikutnya ini menjadi bagian penting. Ini catatan tambahan terkait dengan yang saya sampaikan terkait dengan yang sudah tertulis di sini,” tuturnya.
Muhammadiyah Jatim
Terkait dengan perkembangan Muhammadiyah Jatim, maka ada dua hal. Satu urusan Jatim, dan yang kedua urusan di luar Jatim.
Urusan yang di luar Jatim ada dua. Satu yang terkait dengan komitmen kami untuk saling berbagi, saling bertaawun dengan Muhammadiyah di luar Jatim. Dan itu artinya konteks lokal konteks nasional.
Tetapi masih ada juga yang di luar Jatim itu kita bicara secara global. Bicara soal yang menjadi bagian penting dari Muktamar ini mencerahkan semesta.
”Terkait di Jatim, sekadar gambaran saja, bahwa kami di Jatim belakangan ini setidak-tidaknya, misalnya dalam konteks rumah sakit, sudah ada tambahan 4 rumah sakit. Salah satu RS itu ada di Babat Kabupaten Lamongan. Itu kira-kira 4 tahun yang lampau dan habis 65 miliar rupiah,” jelasnya.
Secara keseluruhan, ujar Saad, kita memiliki 86 rumah sakit dan klinik. Muhammadiyah Jatim memiliki 1.018 sekolah, 8 universitas di mana 2 universitas lahir di periode ini. Lalu ada sekolah tinggi dan institute. Untuk institut hampir semuanya lahir di periode ini.
”Lalu ada 86 pondok pesantren, 140 panti asuhan, punya juga perusahaan-perusahaan. Semuanya itu sekali lagi semata-mata atas dasar pertolongan Allah swt,” ungkapnya.
Membeli Gereja
Bertaawun adalah bagian dari prinsip ber-Muhammadiyah. Di manapun berada itu harus baik. Tidak boleh hanya baik di satu kawasan. Karena itu kami melakukan taawun itu ke berbagai tempat.
”Yang keluar, mohon doa restunya. Ini kita deklir, insyaallah dan mohon doanya seluruh PWM terutama PP Muhammadiyah, kita sedang merundingkan akan membeli gereja di Spanyol. Ini bagian dari komitmen kami untuk mencerahkan semesta. Yaitu gereja di daerah Alcala, dekat Madrid,” paparnya.
“Saya kira itu bagian dari gerak Muhammadiyah Jatim. Semoga ini menjadi gerak kita semuanya sehingga rahmatan lil alamin itu dapat terwujud melalui kita,” harapnya. (*)
Penulis Sugiran Editor Sugeng Purwanto