Dakwah High Class Dai Komunitas; Liputan kontrinutor PWMU.CO Ain Nurwindasari
PWMU.CO –Dakwah dengan high class juga merupakan bagian dari tugas Lembaga Dakwah Khusus (LDK). Mengingat komunitas high class memiliki potensi besar baik dalam menyalurkan dana ZIS (zakat infak sedekah) mereka, juga dalam mengajak masyarakat untuk lebih dekat kepada Islam ketika mereka telah tersadarkan.
Hal ini disampaikan oleh Ketua LDK Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr Muhammad Ziyad MA dalam kegiatan pengukuhan di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Ahad (6/11/2022).
Ziyad menyampaikan ketika mengisahkan dakwah di daerah 3T kepada salah seorang pimpinan Muhammadiyah Prof Bachtiar Effendi (almarhum), dia lantas menanggapi, “Jangan yang jauh, di Jakarta ini juga ada yang (berada) di gedung-gedung tinggi, dia dekat (dengan kita) tapi dia jauh dari hidayah. Itu juga perlu,” katanya menirukan.
Menurut Ziyad dakwah high class tulah yang juga menjadi concern dai komunitas.
“Karena itulah maklumat dari Muktamar Ke-47 Makassar itu menjelaskan dakwah high class, yaitu dakwah yang diadakan di antaranya di hotel-hotel. Yang ini banyak dilakukan oleh UBN, Ustadz Bachtiar Nashir, itu juga kader tarjih kita,” terangnya.
Ziyad melanjutkan, “Yang kalau pengajian di hotel itu diawali dengan makan-makan, sekali pengajian bisa ratusan juta, kaum sosialita, mereka itulah yang membiayai, karena para jenderal nggak mungkin bersama kopral, mesti harus bersama jenderal,” ucapnya.
Dakwah high class dinilai penting mengingat potensi yang bisa dimanfaatkan dari komunitas highclass.“Kalau mereka sudah tersadarkan, maka zakatnya itu lho. Maka dakwah high class menjadi penting sekali,” jelasnya.
Dakwah high class selain yang dilakukan dengan para sosialita di hotel-hotel, Ziyad mengisahkah dakwah yang dilakukan di kalangan para artis. Di antaranya adalah artis yang belum lama ini meninggal dunia bersama suaminya.
“Dia pernah hampir bunuh diri ketika di ‘asrama’ Surabaya,” kisahnya.
Meskipun dakwah yang dilakukan pada artis ini belum bisa dikatakan berhasil seratus persen, namun Ziyad bersyukur ketika mendapati bahwa sang artis sempat mengajari anaknya mengaji.
“Satu pekan sebelum meninggal sempat posting mengajarkan anaknya yang satu setengah tahun itu a-ba-ta-tsa-ja, dan seterusnya, alhamdulillah berarti dia sudah mulai (berusaha memperbaiki diri), saya selalu mengontrol bagaimana shalatnya, bagaimana ngajinya, ternyata beliau meninggal di pintu tol Ngawi,” kisahnya.
Kisah lainnya adalah kepala preman yang berusaha bertobat yang sebelumnya ketika menjadi kepala preman bisa mendapatkan uang milyaran hasil pekerjaannya.
Optimisme Ziyad dalam berdakwah pada komunitas high class digambarkan, “Kalau dia menjadi baik kira-kira ketika pasukannya diajak menjadi baik, berapa nilai kebaikannya dan kemudian tidak menimbulkan kerusakan,” tandasnya.
Sebab, mengutip perkataan Imam Al-Ghazali, “Tarkul ma’ashiy asyaddu min fi’lil ‘ibadah, meninggalkan kemaksiatan itu lebih dahsyat gangguannya dari pada melaksanakan shalat jamaah,” tandasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni