Menjawab Misteri
Muktamar Ke-48 Muhammadiyah di Surakarta pada 18-20 November 2022 mendatang akan menjawab misteri dan teka-teki siapa saja yang mengisi formasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Din Syamsuddin—Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015—telah memunculkan beberapa nama darah segar untuk periode mendatang. Dari Jawa Timur, dia mengusulkan Dr M. Sa’ad Ibrahim. Dari kalangan muda diusulkan Ustadz Adi Hidayat, Ustadz Fathurrahman Kamal, dan sebagainya.
Yang menarik dicermati suksesi kepemimpinan di Muhammadiyah sejauh ini berjalan tertib dan lancar tanpa kekurangan kader pimpinan. Masa kepemimpinan Pimpinan Pusat Muhammadiyah rata-rata maksimal setara dua periode atau kisaran kurang lebih sepuluh tahun.
KH Ahmad Dahlan mendirikan dan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 sampai wafat tahun 1923 (11 tahun). KH Ibrahim tahun 1923 sampai 1934 (11 tahun); KH Hisyam tahun 1934 sampai 1937 (3 tahun); KH Mas Mansyur tahun 1937 sampai 1942 (5 tahun); Ki Bagus Hadikusumo tahun 1942 sampai 1953 (11 tahun).
Lalu Buya AR Sutan Mansur tahun 1953 sampai 1959 (6 tahun); KH M Yunus Anis tahun 1959-1962 (3 tahun); KH Ahmad Badawi tahun 1962 sampai 1968 (6 tahun); KH Faqih Usman tahun 1968, tidak sampai satu tahun karena wafat, kemudian digantikan KH Abdul Rozak Fachrudin.
Pengecualian pada periode KH Abdul Rozak Fachrudin (Pak AR) selama 22 tahun, dari 1968 sampai 1990, regenerasi kepemimpinan di Muhammadiyah relatif baik dan lancar. Bukan salah Pak AR menjadi Ketua PP Muhammadiyah terlama dalam sejarah, karena prosesnya berlangsung ihsan, tanpa rekayasa, tanpa penggalangan massa dan sejenisnya.
Selama memimpin Muhammadiyah Pak AR juga tidak pernah nyelenehatau berperilaku kontroversial. Jiwa besar Pak AR dan muktamirin tercermin dalam Muktamar Muhammadiyah tahun 1990 ketika Pak AR tidak bersedia dipilih kembali dan muktamirin secara legowo memilih ketua umum baru.
KH Ahmad Azhar Basyir terpilih sebagai Ketua (Umum) PP Muhammadiyah hasil Muktamar Yogyakarta 1990 menggantikan Pak AR, sang legenda. Hanya satu periode KH Ahmad Azhar Basyir memimpin Muhammadiyah, pada Muktamar Banda Aceh 1995 muktamirin kembali memilih ketua (umum) baru yaitu Dr M. Amien Rais.
Baca sambungan di halaman 3: Bukan Kelas Starter Muhammadiyah