Kisah Muadz bin Jabal
Saad lantas menyinggung terkait prosesi pengukuhan dai komunitas yang baru saja dilaksanakan. Dia mengaitkannya dengan peristiwa pengutusan Muadz bin Jabal.
“Tadi baru kita lantik pengukuhan. Ada model yang dilakukan oleh Nabi, ketika Nabi mengirim ke Yaman, seorang yang bernama Muadz bin Jabal. Yaman itu kawasan yang paling akhir memeluk Islam. Yang dikirim ke sana ada tiga, yaitu Muadz bin Jabal, Abu Musa al-Asy’ari. lalu belakangan ada Ali bin Abi Thalib,” ucapnya.
Dalam kisahnya, Ali bin Abi Thalib inilah yang membawa rombongan dari Yaman menyertai Nabi melaksanakan haji wada’. Banyak warga Yaman yang masuk Islam sehingga ketika bergabung dengan jamaah yang bersama Nabi yang dari Madinah, itu jumlahnya mencapai 14.000 orang.
Saad lantas mengutip sebuah hadits: “Ketika Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam mengutus Mu’adz ke Yaman bersabda: ‘Bagaimana kamu akan menyelesaikan urusan perkara jika padamu dihadapkan satu masalah?’ Ia (Mu’adz) menjawab: ‘Saya akan menghukum dengan Kitabullah.’ Sabda beliau: ‘Bagaimana bila tidak terdapat di Kitabullah?” Ia menjawab: ‘Saya akan menghukum dengan Sunnah Rasulullah.’
Beliau bersabda: ‘Bagaimana jika tidak terdapat dalam Sunnah Rasulullah?’ Muadz menjawab: ‘Saya berijtihad dengan pikiran saya dan saya tidak akan melampaui batas.’
Saad lalu berkomentar. “Itu maknanya memang harus memahami kitab Allah dan sunnah Rasul, lha kalau nulis syahadat saja sudah salah itu piye. Apalagi di bawah tertera nama ketua PWM Jawa Timur ya, itu dosanya murakkab (berdobel),” selorohnya diikuti gerr oleh seluruh hadirin yang sebelumnya mendapati komentar Saad sebelum membacakan naskah pengukuhan karena ada kesalahan penulisan syahadat.
“Dan kalau kita baca, Yaman itu negara tersendiri, bukan bagian dari Saudi Arabia, kalau kita baca dengan konteks sekarang itu kan Muadz dikirim ke luar negri,” tandasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni