Kisah di Spanyol yang Membulatkan Tekad
Saad lantas menceritakan bahwa belum lama ini 21 orang anggota rombongan Rihlah Peradaban PWM Jatim telah melakukan perjalanan selama sekitar 10 hari ke Turki dan ke Spanyol, di antaranya untuk melihat kondisi peninggalan Islam di sana.
“Kenapa kita harus memulai? Iya, karena peradaban Islam itu pernah menebar rahmat di kawasan Spanyol dengan berbagai peninggalan-peninggalannya yang sekarang ini menjadi aset terutama dalam konteks pariwisata,” paparnya.
Saad melanjutkan, “Di Cordoba itu salah satu kota saja, itu ada sekitar 800 masjid. Salah satunya Masjid Cordoba, yang itu hampir mirip dengan Masjid Nabawi, mungkin lebih besar. Tapi sekarang yang 800 tadi kira-kira tinggal nggak sampai sepuluh. Dan itu sudah diubah menjadi gereja, yang lain dihancurkan, sehingga kita nelongso,” kisahnya sambil terisak dan berhenti sesaat menahan suaranya yang bergetar.
“Kita masuk Masjid Cordoba, kenapa jadi seperti ini? Hilang semuanya. Ada kekejaman yang pernah terjadi, ada inkuisisi, ketika kekuasaan itu runtuh, tidak hanya orang Islam, tapi Yahudi juga, diusir dibunuh,” ucapnya.
Oleh karena itu menurut Saad saat ini umat Islam, terutama warga Muhammadiyah perlu memikirkan perjuangan dakwah Islam di luar Indonesia.
“Memang tidak terlalu memiliki makna besar, tapi bukankah kita diajarkan,” ucapnya lantas mengutip Surat Maryam 26:
وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا.
“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.”
Dia lantas berkomentar, “Ini kalau kita pakai logika, kita pakai pengalaman, nggak mungkin goyang pohon kurma itu. Kok Maryam, Jenengan yang paling kuat di sini, nggak akan goyang,” ucapnya diikuti gerr oleh seluruh hadirin.
Maka atas dasar seperti itulah menurut Saad umat Islam harus bersikap optimis, karena Allah lah yang akan membuat skenario.
“Boleh jadi melalui satu upaya, satu noktah, satu titik, suatu hari kemudian insyallah kita akan kembalikan itu kepada Islam,” ucapnya diikuti tepuk tangan hadirin.
“Yang tepuk itu harus bertanggung jawab. Maknanya yang tepuk itu harus belajar bahasa Spanyol,” tandasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni