Hulu Hilir Pengelolaan Sampah
Setelah dari taman, tim juri menuju kelas-kelas. Tempat sampah yang ada di koridor gedung berlantai dua itu tak luput dari perhatian mereka. “Ini tempat sampah yang benar. Ada pemisahan antara sampah organik dengan sampah anorganik,” puji Pressa Perdana.
Saat di ruang kelas III, tim juri melakukan tanya jawab dengan siswa-siswi tentang perbedaan sampah organik dengan sampah anorganik. “Apa perbedaan sampah organin dan arorganik,” tanya Fatoni.
“Sampah anorganik itu sampah plastik, botol, kaleng. Kalau sampah organik itu seperti daun dan sisa-sisa makanan,” jawab Raden Nur Anindita, siswi kelas III Raflessia.
Di kelas itu Fatoni menjelaskan tentang pentingnya sikap peduli pada sampah bagi warga sekolah SD Mutu Bawean. Dia berharap sekolah ini memperhatikan sampah dari hulu ke hilir. “Dari hulu berarti, seperti, mengurangi penggunaan bahan plastik. Misalnya jajanan yang dijual di kantin tidak menggunakan pembungkus plastik melainkan daun jati,” ujarnya.
Sedangkan untuk hilir, pemisahan sampah organik dan anorganik harus diimplementasi lebih jauh. “Diusahakan sampah plastik atau kaleng digunakan lagi untuk prakarya, misalnya. Sedangkan untuk sampah anorganik sebaiknya diolah sebagai kompos,” ujarnya.
Melihat ada beberapa kerajian tangan yang tertata rapi di pojok kelas itu, Fatoni pun menghampirinya. Dia mengapresiasi pengguanaan kaleng bekas untuk prakarya. “Ini akan lebih bagus lagi kalau dipadukan dengan tanaman hidup,” ujarnya.
Baca sambungan di halaman 3: Pentingnya Pendidikan