PWMU.CO – Dewasa ini, tantangan dakwah yang harus dihadapi oleh Muhammadiyah semakin berat saja. Terutama dengan adanya perubahan iklim demokrasi, sosial dan budaya yang berdampak besar bagi perjalanan dakwah Muhammadiyah.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Nur Cholis Huda MSi mengungkapkan, pasca aksi 411 maupun aksi 212 tantangan dakwah Muhammadiyah bertambah lagi, karena ada segelintir warga Persyarikatan yang justru tidak yakin dengan peran para pimpinannya di Muhammadiyah.
(Berita terkait: Ini Strategi Muballigh Muhammadiyah Hadapi Tantangan Dakwah)
”Tak sedikit dari mereka bahkan mempertanyakan peran para pimpinan Muhammadiyah dalam memperjuangkan agama Islam di Indonesia. Terutama soal keikutsertaannya dalam aksi,” ujarnya saat membuka acara Workshop Majelis Tabligh PWM Jatim di Agro Mulia Prigen, Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Sabtu (11/3) kemarin.
Pak Nur pun menyayangkan munculnya pemikiran dari warga Persyarikatan yang menilai bahwa perjuangan umat Islam Indonesia hanya ditunjukkan dengan kehadirannya pada aksi yang mengerahkan massa dalam jumlah besar.
(Baca juga: Din Syamsuddin: Jangan Ada Imam Lain di Muhammadiyah Selain Ketua Umum PP)
Pak Nur dengan tegas menyatakan bahwa para pimpinan Muhammadiyah justru ikut mengatasi kondisi umat Islam dengan cara melakukan lobi-lobi (komunikasi) terhadap pemegang kekuasaan di negeri ini.
”Kondisi seperti ini memang tidak akan dipublikasikan pada semua orang. Akan tetapi warga Muhammadiyah sudah seharusnya memahami itu. Sehingga mereka tidak mudah kagum terhadap tokoh-tokoh yang seakan-akan menjadi penggerak kegiatan tersebut,” Pak Nur mengingatkan.
(Baca juga: Ketika Imam Masjid Muhammadiyah Membaca Qunut)
Untuk mengatasi masalah tersebut, lanjut Pak Nur PWM Jawa Timur dalam waktu dekat ini akan menggelar acara Rapat Pimpinan Wilayah (Rapimwil) dengan mengundang seluruh PDM se-Jatim.
Lebih lanjut Pak Nur mengajak Majelis Tabligh PWM Jatim bersama dengan para muballigh Muhammadiyah se- Jatim untuk turut mengurai persoalan tersebut. Terutama untuk membentengi masuknya budaya-budaya kelompok lain dalam kegiatan Muhammadiyah.
(Baca juga: Penjelasan Din Syamsuddin Kenapa Muhammadiyah Jarang Adakan Kegiatan Pengumpulan Massa)
”Jangan sampai ada budaya dari kelompok lain masuk dalam kegiatan Muhammadiyah. Seperti mewajibkan semua peserta jamaah pengajian di Masjid Muhammadiyah untuk memakai baju putih-putih dan mengucapkan takbir di tengah-tengah ceramah atau kegiatan,” Pak Nur tegas mengingatkan. (sholihin/aan)