PWMU.CO– Sekolah Kebudayaan dan Kemanusiaan Ahmad Syafii Maarif IV digelar oleh Maarif Institute di Pesma Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), 12-17 November 2022.
Acara mengambil tema Islam, Kebhinekaan, dan Keadilan Sosial.
Peserta yang ikut Sekolah Kebudayaan berjumlah 31 orang. Mereka dipilih lewat seleksi. Berasal dari berbagai latar belakang agama, etnis, gender, ormas keagamaan, asal daerah.
Pada hari Selasa (15/11/2022) menghadirkan Prof Dr Amin Abdullah, guru besar UIN Kalijaga Yogyakarta dan anggota Dewan Pengarah BPIP.
Amin Abdullah membawakan materi berjudul Pemikiran Politik Ahmad Syafii Maarif tentang Islam dan Pancasila.
Dalam paparannya, Amin Abdullah, mengatakan, Buya Syafii adalah kritikus sosial-agama, sosial-budaya, dan sosial-politik yang tajam.
”Buya Syafii kerap melontarkan kritik ke publik secara lugas tanpa tedeng aling-aling, mulai dari persoalan konflik Sunni dan Syiah hingga persoalan FPI yang disebut Buya sebagai preman berjubah karena aksinya yang kerap melakukan aksi sweeping,” tutur Amin.
Amin Abdullah melanjutkan, Buya Syafii adalah sosok yang otentik dan tak takut dimusuhi demi menjaga marwah konstitusi.
”Berpulangnya Buya Syafii adalah kehilangan besar bangsa Indonesia karena ia adalah pejuang tangguh Pancasila khususnya sila kelima yang dianggap telah lama yatim piatu di Indonesia,” tutur Amin.
Menurut dia, ajaran Islam dewasa ini harus mampu merespons persoalan humanisme kontemporer. Untuk melakukan itu diperlukan peninjauan kembali pada epistemologi keilmuan Islam yang selama ini masih terjebak pada metode dan pendekatan Ulum al-Din lama.
Corak pendidikan Islam sudah seharusnya melibatkan riset lapangan dan membahas perihal kewargaan dalam negara bangsa yang tuntas dan mendasar dalam hubungannya dengan isu-isu dan paham keagamaan agar ajaran Islam dapat hadir menjadi solusi bagi keindonesiaan.
Amin Abdullah memuji Buya Syafii sebagai sosok muslim yang patriotik, secara teguh dan konsisten berpegang pada ajaran agamanya al-Qur’an tentang ketakwaan dan keadilan sebagai inti dasarnya (faithful).
Namun dalam kesempatan yang sama Buya juga tetap konsisten membela dengan gigih hak-hak penuh kewargaan warga negara dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Pada sesi diskusi peserta, M. Alkaf menyatakan Buya Syafii sosok muslim yang sangat maju dalam hal pemikiran. Misal, memberi hak hidup kepada penganut ateis di Indonesia karena bagaimana pun mereka adalah warga negara Indonesia.
Alkaf juga menyampaikan kekagumannya terhadap Buya Syafii atas kesederhanaan hidupnya. ”Sulit sekali mencari tokoh di Indonesia seperti Buya yang seiya sekata dalam kata dan perbuatan,” ujarnya.
Penulis Moh. Shofan Editor Sugeng Purwanto