Saran Perbaikan
Bicara saran perbaikan penyelenggaraan World Peace Forum ini, Imam Shamsi Ali menyoroti dua hal. Dia menilai segala sesuatu harus terus dikembangkan, perlu perbaikan agar sempurna, dan yang sudah sempurna bisa disempurnakan lagi ke depan. “Kalau melihat partisipannya, ini mayoritas akademisi dari Indonesia, dari perguruan di Indonesia. Saya kira banyak tokoh dunia yang masih harus dilibatkan,” imbuhnya.
Pertama, dia menyoroti belum tampak adanya perwakilan agama Yahudi terlibat. “Saya tidak melihat ada Rabi Yahudi disini. Saya masih ingat, waktu di Bogor saya membawa dua pendeta Yahudi,” kenangnya, lantas menduga mungkin ketiadaan ini hanya terlewat saja, tidak disengaja.
Padahal menurutnya Yahudi memegang peran penting untuk perdamaian dunia. “Diakui atau tidak, terlepas dari hiruk-pikuk perbedaan pendapat tentang Palestina-Israel, tapi Yahudi adalah salah satu agama yang saya kira perlu untuk dilibatkan dalam segala proses perdamaian. Mereka punya kekuatan walaupun mereka minoritas, hanya 15 juta pemeluk agamanya di seluruh dunia,” jelas dia.
Kedua, ada tokoh agama yang lebih kaliber yang bisa dihadirkan. “Kebetulan saya sendiri sangat dekat dengan mereka baik di Amerika maupun di Eropa dan ini sangat penting sekali. Jadi komposisi peserta masih bisa diperbaiki ke depan. Kalau bisa tokoh agama yang memang memiliki pengaruh dunia, karena kita ingin hasil dari World Peace Forum ini terasa dampaknya di dunia global atau dunia internasional jadi tidak hanya di lokal saja,” terangnya.
Selain itu, lanjutnya, perlu melibatkan media. “Ada semacam konferensi pers di mana media harus dilibatkan, kalau perlu media nasional, tapi perlu juga media internasional!” imbaunya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN