PWMU.CO– Muktamar fashion berlangsung selama perhelatan akbar Muktamar ke 48 Muhammadiyah di Surakarta, Jumat-Ahad (18-20/11/2022).
Puncak Muktamar Fashion terjadi ketika acara Pembukaan Muktamar di Stadion Manahan Solo, Sabtu (19/11/2022).
Peserta dan penggembira muktamar tumplek blek berjalan sepanjang jalan menuju Stadion Manahan. Jalan Adi Sucipto seolah menjadi panggung cat walk. Jutaan anak-anak, remaja, tua muda, laki perempuan berjalan bak seperti peragawan peragawati menampilkan aneka pakaian muktamar.
Aneka motif batik, kaos, dan bermacam asesoris berlabel Muhammadiyah bertebaran. Ada batik Muhammadiyah bermacam versi, batik muktamar, dan batik produk PDM.
Batik paling banyak produksi toko Suara Muhammadiyah Yogyakarta. Produk kaos muktamar juga dominan mewarnai. Kreasi desain juga sangat menarik
Peserta dan penggembira muktamar tampil di ajang besar ini dengan seragam yang terbaik. Toko Suara Muhammadiyah dan jaringannya SM Corner menyediakan aneka seragam batik. Seperti batik parang gurda, parang matahari, parang samudra, gunungan dan batik muktamar. Baik berupa baju jadi ataupun berupa kain.
Selain baju seragam yang beraneka ragam, tambahan aksesoris juga beraneka melengkapinya. Puluhan peserta muda menggunakan jubah hijau tosca dan hijab kuning susu berbaris 2 – 3 menyusuri sepanjang jalan kembar itu.
Disusul rombongan ibu-ibu yang berseragam dengan tambahan topi bundar warna putih gading. Di sisi lain ada rombongan bapak dengan mahkota persis adat timur. Selain itu juga karena acara ini di kota Solo, busana Jawa beskap dan blangkon pun ikut tampil. Ibarat Citayam Fashion yang tempo hari viral itu.
Pilihan warna bukan hanya biru atau hijau, warna yang biasa kita lihat di lingkungan Muhammadiyah dan asesoris yang ditampilkan saat itu menunjukkan keberanian dan kebebasan mereka dalam berkarya busana.
Selain itu juga besarnya potensi karya putra daerah yang perlu dikembangkan. Mengingat beberapa rombongan itu berasal dari berbagai penjuru pelosok negeri.
Meskipun beraneka, ada satu asesoris yang sama adalah berkalung identitas penggembira muktamar.
Aneka macam warna itu menggambarkan persatuan dan persaudaraan. Bahkan antara orang yang belum kenal.
Laili Nur Safitri, mahasiswi asal Pulau Sapeken, Madura, dan Kirana Abu Bakar, mahasiswi asal Timika, Papua. yang belum mengenal Muhammadiyah jadi akrab.
Mereka yang baru pertama menghadiri muktamar kagum dengan antusiasme warga Muhammadiyah. “Muhammadiyah luar biasa,” katanya.
Penulis Ichsan Mahyudin Editor Sugeng Purwanto