PWMU.CO – Lahan sempit yang dimiliki SD Muhammadiyah 24 yang berlokasi di Jalan Ketintang No 45 Surabaya ini membuat para siswa tidak bisa leluasa bergerak. Jangankan lahan untuk olah raga dan bermain, tempat parkir pun terbatas.
“Bahkan ruang belajar juga tidak ideal, karena hanya bisa menampung 15 anak. Memang, luas tanah dan bangunan sekolah kami tidak sampai 200 M2,” ungkap Munahar, Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 24, kepada pwmu.co, Selasa, (14/3).
Munahar menjelaskan, kondisi itu yang membuat sekolah yang didirkan sejak tanggal 9 Maret 1978 sulit berkembang. “Beberapa tahun harus berada di level buncit saat di-grade oleh Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya, dengan kriteria penilaian Akreditasi C,” kisah dia.
Titik terbawah terjadi pada tahun 2011 saat sekolah yang berada satu komplek dengan Masjid Al Mufidah itu siswanya kurang 60 anak, sehingga ijin operasional dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya tidak keluar. “Sekolah pun terancam di-marger dengan yang lain,” ucapnya mengisahkan.
(Baca juga: Belajar Mengolah Hasil Bumi agar Jadi Pengusaha Pribumi Masa Depan)
“Ancaman merger itu membuat Ibu Musyaiyah, kepala sekolah saat itu, bergerak lebih strategis,” tutur Munahar. Bersama guru-guru dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Wonokromo, Ibu Mus, demikian dia disapa, berkunjung ke beberapa panti asuhan. Dia berharap supaya ada anak panti yang disekolahkan ke SD Muhammadiyah 24.
Perjuangan itu, kisah Munahar, membuahkan hasil. Dua anak didaftarkan oleh kepala panti, meskipun status siswa tersebut masih tercatat sebagai siswa di sekolah yang lain, karena proses mutasi masih berjalan. “Dua anak itu menggenapkan jumlah siswa menjadi 60 anak. Dan Dinas Pendidikan Kota Surabaya akhirnya mengeluarkan ijin operasional sehingga sekolah tidak jadi ditutup,” cerita Munahar.
(Baca juga: Jika Waktu Dimanfaatkan secara Produktif, 24 Jam = 100 Jam ++)
Dari titik 0 itu, perjalanan dimulai kembali. “Pada tanggal 7 Juli 2012 saya ditunjuk sebagai nakhoda baru,” kata Munahar soal jabatan kepala sekolah yang diamanahkan kepadanya. Dari situ Munahar menyusun langkah. Meneruskan program lama yang masih bagus dan mencari terobosan baru.
“Bersama PCM Wonokromo, PDM Kota Surabaya, dan bimbingan PWM Jawa Timur melalui Majelis Dikdasmen, kami bergerak. Tokoh masyarakat dan wali murid juga kami libatkan,” paparnya.
Memang, kata Munahar, jumlah siswa secara keseluruhan baru mencapai 160 anak. Namun berdasarkan data statistik, setiap tahunnya sekolah ini mengalami peningkatan jumlah siswa. “Kami tahun lalu hanya meluluskan 4 anak tapi mendapat siswa kelas 1 sebanyak dua kelas. Dan alhamdulillah untuk tahun pelajaran 2017-2018 yang inden sebagai calon siswa baru sudah lebih dari 1 kelas,” kata Munahar. Baca sambungan di halaman 2: Untuk mengatasi persoalan sempitnya lahan ...