Empat Hikmah Muktamar Ke 48 Muhammadiyah di Surakarta oleh Muhammad Iqbal Rahman, aktivis Muhammadiyah Kutorejo Mojokerto.
PWMU.CO– Kota Surakarta sudah tiga kali menjadi tuan rumah Muktamar Muhammadiyah. Pertama, muktamar ke 18 tahun 1929. Kedua, muktamar ke 41 tahun 1985. Ketiga, muktamar ke 48 sukses digelar pada Kamis-Ahad, 18-20 November 2022.
Setiap Muktamar Muhammadiyah ada dua kelompok yang meramaikan. Kelompok pertama, peserta muktamar. Disebut muktamirin. Yaitu utusan PWM, PDM, perwakilan PCM, dan Ortom pemilik suara. Mereka fokus membahas agenda muktamar.
Kelompok kedua, penggembira. Yaitu warga Muhammadiyah dari seluruh Indonesia dan luar negeri yang berdatangan meramaikan kota tempat berlangsung muktamar. Mereka datang untuk bergembira. Membuat meriah dan hiruk pikuk suasana kota muktamar. Bersilaturahim antar warga bangsa, pelesir, belanja, dan menikmati kuliner. Kedatangan mereka membuat kota menjadi lebih hidup, bergairah, dan super sibuk.
Setiap muktamar selalu ada hikmah. Yaitu spirit muktamar untuk menggairahkan gerakan Muhammadiyah makin maju. Spirit Muktamar ke 48 Muhammadiyah-Aisyiyah antara lain
Pertama, Dialog Keumatan
Pra muktamar sudah diramaikan dengan berbagai kegiatan dan dialog antar warga Muhammadiyah. Resmi dalam ajang seminar. Tulisan artikel opini di koran, maupun ngobrol di warung kopi dan medsos yang menghangatkan situasi.
Kedua, Gairah Ekonomi.
Muktamar selalu menggairahkan perekonomian kota tempat berlangsung acara. Sebab ada jutaan penggembira yang berdatangan. Hotel dan restoran penuh. Toko-toko laris. Bazar ramai. Tukang ojek banyak penumpang. Bisnis transportasi full book. Perputaran uang meningkat.
Ketiga, Spirit Pencerahan.
Tema muktamar kali ini Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta. Muhammadiyah memantapkan diri memaksimalkan perannya dalam membangun peradaban bangsa dan dunia.
Risalah Islam Berkemajuan yang menjadi salah satu putusan muktamar dikembangkan dengan keyakinan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kemajuan dalam semua aspek kehidupan.
Muhammadiyah dan seluruh warganya, terutama para pemimpin, memiliki tanggung jawab untuk menguatkan nilai-nilai kemajuan dalam pemahaman agama dan perwujudannya dalam kehidupan pribadi, berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa, dan berkemanusiaan universal.
Dengan Islam Berkemajuan, Muhammadiyah berusaha mengurai sikap yang membelenggu pemahaman Islam dalam satu pandangan sempit yang anti-perubahan. Dalam upaya mencapai cita-cita kejayaan Islam, Muhammadiyah merumuskan beberapa ciri Islam Berkemajuan, di antaranya berlandaskan pada tauhid, bersumber pada al-Quran dan sunnah, menghidupkan ijtihad dan tajdid, mengembangkan dan menyebarluaskan wasathiyah, dan mewujudkan rahmat bagi seluruh alam.
Keempat, Role Model Gerakan.
Muhammadiyah menjadi role model gerakan yang efektif yang mampu menjawab tantangan zaman. Menegakkan amar makruf nahi mungkar. Muktamar telah berlangsung sukses dan tenang. Tak ada money politics, kubu-kubuan, kampanye hitam, dan intervensi saat agenda pemilihan pimpinan pusat.
Empat hikmah muktamar ini diharapkan meresap dalam kehidupan gerakan hingga ke akar rumput yang segera mengadakan perhelatan Musyawarah Wilayah, Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang, dan Musyawarah Ranting.
Editor Sugeng Purwanto