Mengunjungi Museum Muhammadiyah, Begini Penampakannya; Liputan Aries Kurniawan.
PWMU.CO – Kabar dibukanya Museum Muhammadiyah di Yogyakarta untuk umum pada saat penyelenggaraan Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiah telah beredar di media sosial.
Museum yang merekam rekam jejak sejarah Muhammadiyah ini diresmikan empat hari sebelum pelaksanaan Muktamar pada Senin (14/11/2022) oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir.
Museum dengan gedung empat lantai ini menarik banyak minat pengunjung. Meskipun baru dibuka dua lantai—yakni lantai pertama untuk tema sejarah awal Muhammadiyah dan lantai kedua untuk ruang pamer tematik—terdapat sedikitnya empat bus yang parkir di halaman museum yang berlokasi di Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Senin itu.
Dengan berbaur dengan pengunjung dari rombongan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Matraman Jakarta Timur, saya mengunjungi museum dengan dipandu petugas yang mayoritas adalah mahasiswa UAD.
Memasuki pintu lantai pertama, langsung disuguhkan berbagai foto Ketua Umum Muhammadiyah dan gambar tema dan logo penyelenggaraan muktamar sejak awal hingga Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiah yang bertema Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta.
Dari sini kita dapat memahami tema, tempat, dan waktu penyelenggaraan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiah sebelumnya. Gambar hitam putih pun terlihat terpampang di dinding sehingga dapat menggambarkan tema yang diusung pada pelaksanaan muktamar yang dulunya bernama kongres.
Bergeser di ruang lainnya, terdapat globe setengah bola dengan bentuk cekung. ‘’Ruangan ini langsung terkena sinar matahari dan globe ini menampung cahaya. Demikian juga harapannya agar Muhammadiyah sebagai matahari yang menyinari dan mecerahkan bumi,’’ tutur salah seorang pemandu museum.
Beberapa buku replika yang pernah diterbitkan oleh para tokoh Muhammadiyah terpampang rapi di belakang globe tersebut. Ini menggambarkan pencerahan yang dilakukan oleh Muhammadiyah diantaranya melalui ilmu di bidang pendidikan. Selain itu, ini sebagai bukti bahwa Muhammadiyah mempunyai sejarah panjang dalam bidang literasi.
Disamping rak buku terdapat dinding yang terpampang beberapa pahlawan yang merupakan tokoh Muhammadiyah. Selain, KH Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah terdapat dr Soetomo, Otto Iskandar Dinata, Ir Sukarno, KH Fachrudin, Ki Bagus Hadikusumo, KHMas Mansur hingga Prof Drs H Lafran Pane sebagai salah satu pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tanggal 5 Februari 1947. Ini menunjukan bahwa Muhammadiyah lahir dan berkembang karena peran serta para pahlawan bangsa ini. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni